Kereta Cepat Jakarta-Bandung: Anggaran Bengkak Rp21,74 Triliun, Balik Modal 38 Tahun, Operasional Terus Tertunda
Jakarta (SI Online) – Biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) ditaksir terus membengkak.
Terkini, pembekakan terjadi dari US$6,071 miliar menjadi US$7,5 miliar atau sekitar Rp112,5 triliun (asumsi kurs Rp15 ribu per dolar AS).
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Didiek Hartantyo mengungkapkan, berdasarkan hasil review terbaru Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Komite KCJB per 15 September 2022, pembengkakan biaya (cost overrun) naik menjadi US$1,449 miliar atau Rp21,74 triliun.
Padahal, berdasarkan perhitungan dan review BPKP pada 9 Maret 2022 pembengkakan biaya hanya sebesar US$1,17 miliar atau Rp17,64 triliun.
“Ini setelah direview kembali oleh BPKP dan ini sudah dibahas oleh komite, maka angka yang muncul saat ini cost overrun menjadi US$1,449 miliar (Rp21,74 triliun),” ujar Didiek dalam Rapat Kerja Komisi VI DPR RI, Rabu (09/11) seperti dilansir CNNIndonesia.com.
Menurutnya, pembengkakan dana ini nanti akan dibayar patungan antara konsorsium BUMN Indonesia dan China sebesar 25 persen dan 75 persen penarikan pinjaman dari China Development Bank (CDB).
Adapun 25 persen dari dana pembengkakan ini tercatat sebesar Rp5,435 triliun. Jumlah ini nantinya 60 persen (Rp3,261 triliun) dibayarkan oleh Indonesia dan 40 persen (Rp2,174 triliun) dari pemerintah China. Sementara, 75 persen (Rp16,3 triliun) akan dipenuhi dengan menarik pinjaman dari CDB.
“Dari Rp21,7 triliun ini, maka harapannya 25 persen dipenuhi oleh ekuitas, 60 persen dipenuhi dari porsi Indonesia dan China 40 persen,” jelasnya.
Dengan kondisi ini, maka KCJB kembali membutuhkan tambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar 3,2 triliun untuk bisa memenuhi pembengkakan biaya tersebut. Tambahan ini diharapkan bisa cair paling lambat akhir tahun ini agar penyelesaian proyek bisa sesuai dengan target.
Balik Modal 38 Tahun
Pada kesempatan yang sama, Dwiyana Slamet Riyadi juga mengatakan butuh 38 tahun untuk mengembalikan modal pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang saat ini menjadi sekitar US$7,5 miliar itu.
“Jadi sesuai perhitungan FS (feasibility study) itu di 38 tahun (untuk balik modal),” kata Dwiyana dalam Rapat Kerja Komisi VI DPR RI, Rabu (9/11).
Dengan demikian, target balik modal lebih cepat dibandingkan dengan masa konsesi KCJB di tangan China yang ditetapkan selama 50 tahun. Karena perbedaan ini, Dwiyana menyebutkan akan membahas lagi bersama stakeholder terkait.
Sebab, jika masa konsesi lebih lama dari balik modal, maka pemerintah masih harus membagi keuntungan dengan China meski sudah balik modal.
“Itu yang nanti kita pendalaman lagi dengan Komisi VI. Kita akan sampaikan dulu itu di pendalaman,” jelasnya.
Dalam kesempatan ini, Dwiyana juga menyebutkan bahwa harga tiket KCJB direncanakan sebesar Rp250 ribu untuk jarak terjauh. Besaran biaya itu sesuai dengan permintaan dari Kementerian Perhubungan.
“Kalau menggunakan studi Polar UI (Universitas Indonesia/UI) itu jarak terjauh (harga tiket) Rp350 ribu, tapi setelah konsultasi dengan Kemenhub, Kemenhub minta agar harga tertinggi Rp250 ribu selama tiga tahun. Jadi kemungkinan harus kita ikuti Rp250 ribu selama tiga tahun,” pungkasnya.
Terus Tertunda
Bukan hanya biayanya yang terus membengkak, target operasional Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung juga terus molor.
Terkini, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo menargetkan operasional Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) pada Juni 2023 setelah kedatangan perdana rangkaian kereta tersebut di Indonesia pada Jumat (2/9/2022).
“Target operasional Juni 2023,” ujar Tiko sapaan akrabnya, Sabtu (3/9/2022), seperti dilansir ANTARA.
Awalnya proyek ini ditargetkan selesai pada 2019. Kemudian, mundur menjadi 2022. Belakangan, targetnya mundur lagi menjadi 2023.
red: farah abdillah/dbs