Ketahanan Nasional: Khotbah Jumat M. Natsir di Masjid Negara Kuala Lumpur 30 Juli 1976
Yang keempat, kata Rasulullah Saw: Orang yang saling mengasihi karena Allah, baik ketika berkumpul maupun berpisah. Dua pribadi yang membina persahabatan, cintanya satu sama lain karena Allah semata-mata, sanggup membina rumah tangga dengan rukun dan damai, dalam ikatan mawaddah dan rahmah, diliputi oleh suasana sakinah, penuh keragaman.
Pribadi-pribadi yang bersedia menghadapi sakit dan senang, sama-sama rela dan gembira berkorban dalam menghadapi serta mencari keridhaan Ilahi semata-mata. Kehidupan berumah-tangga yang ragam itulah merupakan sendi-sendi yang kuat bagi masyarakat, yang kuat dan stabil.
Yang kelima, kata Rasulullah Saw: Seseorang yang berzikir kepada Allah sendirian, kemudian mengalirlah air matanya. Pribadi-pribadi yang di waktu sepi dan sunyi di tengah malam, orang semuanya tidur, ia bangun, kemudian shalat, ingat kepada Allah SWT, berdoa kepada kemaslahatan masyarakat ini. Berdoa dia untuk menjalankan tugasnya, minta perlindungan dan minta pertolongan kepada Allah SWT diiringi oleh tetesan air mata.
Yang keenam, kata Rasulullah Saw: Seorang lelaki yang digoda oleh wanita berkedudukan dan cantik. Kemudian ia berkata aku takut kepada Allah Tuhan pemelihara semesta. Pribadi yang digoda oleh wanita yang mempunyai kedudukan dan kecantikan, tetapi ia berkata: “Innii akhaafullah”. Aku takut kepada Allah. Manusia yang berada dalam satu masyarakat yang kebal terhadap segala macam godaan-godaan yang demikian ini. Maka semua sikap dan semua lidah, mengatakan tidak. Kami menolak segala macam kemaksiyatan itu, karena kami taat kepada Allah SWT. Kami hanya berbakti kepada-Nya semata-mata.
Masyarakat yang bersih dari kemaksiyatan itulah yang kebal daripada segala macam makar tipu muslihat musuh yang selalu berusaha meruntuhkannya dari dalam dengan jalan meruntuhkan akhlak budi pekertinya suatu umat.
Kemudian yang terakhir, yang ketujuh, kata Rasulullah Saw: Seseorang yang bershadaqah dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak melihat shadaqah tangan kanannya. Seorang hartawan lagi dermawan, mengorbankan hartanya tidak untuk pamer, tapi diam-diam mengorbankan hartanya itu. Ditimbuninya jurang antara yang miskin dengan yang kaya. Dengan diam-diam tanpa gembar-gembor, seakan-akan tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya. Satu kelompok, satu korps dari orang-orang hartawan dan dermawan ini yang tidak memamerkan kekayaannya, tidak menggali jurang yang lebih dalam lagi antara kaya dan miskin. Tapi dia timbuni jurang itu dengan hartanya, dia korbankan hartanya ke tengah-tengah masyarakat dengan ikhlas kepada Allah, mengharapkan keridhaan Ilahi semata-mata, bersih dari takabur dan riaa’an naas (riya’ manusia).
Masyarakat yang tidak dapat digoda oleh segala macam hasutan dan agitasi, oleh usaha orang mengobar-ngobarkan dendam dan kesumat antara kelas dan kelas. Ialah masyarakat yang bersih dari nafsu serakah, yang tidak mengakibatkan si miskin makin melarat, sedangkan si kaya makin mewah. Tapi (masyarakat) yang diliputi oleh rasa tanggungjawab sosial pada setiap anggotanya, dimana tumbuhlah kaidah hidup dan memberi hidup.
Saudara-saudara kaum Muslimin yang berbahagia
Inilah tujuh macam yang dikatakan oleh Rasulullah saw. Kalau ketujuh macamnya ini, dari penguasa yang adil sampai kepada yang nomor tujuh yang paling bawah, air mata yang mengalir dari doa yang benar-benar di tengah masyarakat, maka inilah kata Rasulullah Saw masyarakat yang mempunyai ketahanan yang mutlak. Ketahanan yang bukan diberikan oleh manusia, tapi ketahanan yang diberikan oleh Allah SWT. Suatu payung perlindungan, bilamana payung-payung perlindungan buatan manusia berupa alat-alat materiil itu tidak berdaya lagi.
Dengarkan pesan Ilahi dalam surat Ar Rum ayat 30 yang berbunyi : “Hadapkanlah mukamu, wajahmu bagi satu-satunya agama yang benar dengan bersih dan suci.”
Islam itu adalah agama fitrah, yang Allah jadikan bagi manusia ini, yang tidak ada lagi suatu agama lain selain agama fitrah ini.