KHOTBAH

Ketahanan Nasional: Khotbah Jumat M. Natsir di Masjid Negara Kuala Lumpur 30 Juli 1976

Apa yang disebut Ketahanan Nasional atau ketahanan negara itu, pada hakikatnya adalah daya tahan warga negaranya, daya tahan rumah tangganya. Pada akhirnya semua itu bergantung kepada ‘daya tahan’ pribadi manusia, darimana segala-galanya itu tersusun.

Hadits Nabi kita Muhammad Saw, yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari salah seorang sahabat yang bernama Abu Hurairah ra mencakup ketiga-tiga bidang hidup tersebut: bidang hidup kepribadian, hidup bermasyarakat dan hidup bernegara. Sebagai satu keseluruhan yang hendak ditingkatkan daya tahannya itu secara integral, yang satu tidak dapat dilepaskan dari yang lain.

Rasulullah Saw berpesan:

Ada tujuh golongan manusia yang mendapat perlindungan dari Allah di hari ketika tidak ada perlindungan lagi, yaitu: Imam yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, orang yang hatinya selalu terpaut masjid, orang yang saling mengasihi karena Allah baik ketika berkumpul maupun berpisah, seseorang yang berdzikir kepada Allah sendirian kemudian mengalirlah air matanya, seorang lelaki yang digoda oleh wanita berkedudukan dan cantik kemudian ia berkata aku takut kepada Allah Tuhan pemelihara semesta dan seseorang yang bershadaqah dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak melihat shadaqah tangan kanannya. (HR Bukhari Muslim dari Abu Hurairah).

Yakni ada tujuh corak manusia yang kalau ketujuh-tujuhnya ini ada, dan berfungsi di tengah-tengah masyarakat, maka masyarakat itu akan diberi perlindungan oleh Allah SWT. Diberi ketahanan terhadap segala macam godaan hidup ini, dari dalam ataupun dari luar, di kala sudah tidak ada lagi perlindungan selain perlindungan dari Allah SWT.

Tujuh macam yang dimaksud oleh Rasulullah DSaw ialah yang pertama: Imam yang adil. Yaitu penguasa yang adil, penguasa yang menegakkan keadilan baik untuk dirinya sendiri, ataupun untuk masyarakat keseluruhannya.

Dan keadilan yang ditegakkan oleh penguasa ini, ialah keadilan di segala bidang. Baik di bidang hukum, di bidang hak asasi manusia, di bidang politik dan di bidang kemasyarakatan. Walhasil di bidang segala aspek hidup. Apabila rasa keadilan dan hukum sudah dikecap dan dinikmati oleh seluruh anggota masyarakat, maka tumbuhlah rasa solidaritas yang kokoh antara penguasa dan umat seluruhnya, rasa senasib dan seperuntungan, merupakan sumber tenaga untuk ketahanan umat dan bangsa.

Kedua, kata Rasulullah Saw: Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah. Generasi muda yang senantiasa tumbuh subur ibadatnya kepada Allah SWT, tumbuh subur kebaktiannya kepada Allah dan pengkhidmatannya kepada sesama manusia. Yakni satu generasi muda yang terpelihara tujuan hidupnya, akhlak budi pekertinya dari segala macam penyelewengan di dunia ini.

Generasi muda yang demikian itulah pada akhirnya, merupakan gudang tenaga yang positif, yang mampu memikul yang berat, menjemput yang jauh, untuk keselamatan dan ketahanan bersama.

Yang ketiga, sabda Rasulullah Saw: Orang yang hatinya selalu terpaut masjid. Manusia yang hatinya senantiasa bertaut dengan masjid. Masjidnya berfungsi sebagai masjid yang dituntunkan oleh Rasulullah saw. Masjid yang membina jamaahnya dan jamaah yang membina masjidnya. Dari masjid itu terpancar tuntutan bagi manusia ini, baik yang hidupnya di dunia ini ataupun hidup ukhrawinya.

Masjidlah yang berperanan sebagai pusat kehidupan umat, dimana kita menempa hubungan jiwa kita dengan khaliq, dan hubungan ukhuwah dengan sesama anggota hamba Allah, dalam menghadapi suka dan duka.

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button