NUIM HIDAYAT

Ketika Nilai-Nilai Barat Mulai Hancur

Rasulullah Saw -nabinya kaum Muslim- mengajarkan pentingnya ilmu dalam membangun kepribadian manusia. Tapi bukan hanya ilmu belaka, tapi ilmu yang disinari dengan cahaya Ilahi yang menciptakan manusia. Dalam Islam, bila ilmu dilepaskan dari cahaya Ilahi (Al-Qur’an), ilmu itu akan merusak manusia. Contoh mutakhirnya ya ilmu untuk membuat industri militer modern (nuklir) yang justru bisa menghancurkan manusia sendiri.

Memang pengembangan ilmu di barat aneh. Ilmu untuk memperoduksi benda-benda yang bermanfaat untuk manusia diciptakan, tapi illmu untuk menghancurkan manusia juga diciptakan. Ini mungkin juga termasuk ‘ilmu obat-obatan yang sebagian membahayakan manusia sendiri’.

Tapi ya begitulah karena ilmu di Barat tujuannya untuk materi. Untuk menghasilkan uang sebanyak-banyaknya. Maka demi kerakusan harta ini, maka benda-benda yang akan menghancurkan manusia sendiri diciptakan.

Beda dengan Islam. Tujuan ilmu dalam Islam adalah untuk mendekatkan diri pada Yang Maha Pencipta, Yang Maha Berilmu, Allah SWT. Semakin seorang berilmu, dalam Islam ia harus makin dekat pada Allah. Makin banyak beribadah. Makin tawadhu’, rendah hati. Bukan makin sombong.

Beda dengan Barat. Biasanya di sana makin banyak ilmunya makin sombong dirinya. Ia merasa hebat dan orang-orang yang kurang berilmu direndahkannya. Penyakit Iblis, sombong banyak menjangkitii ilmuwan Barat. Maka jangan heran bila ia mempelajari Al-Qur’an atau sejarah Rasulullah, ia tidak mau ikut Al-Qur’an atau mengakui Muhammad saw sebagai Nabi. Ia melihat Al-Qur’an sebagai kajian semata. Ia mencari kelemahan-kelemahan Al-Qur’an dan Rasulullah. Kelemahan itu kemudian ia ekspos besar-besaran. Seperti kelemahan Al-Qur’an yang menurut mereka urutannya membingungkan, Nabi Muhammad yang maniak seks, Isra’ Mi’raj yang tidak bisa diterima akal sehat dan seterusnya.

Jiwa sombong yang tidak mengakui kemukjizatan dari Yang Maha Pencipta inilah yang akhirnya membuat Barat mendewakan akal mereka. Akal mereka letakkan di atas Al-Qur’an dan Rasulullah Saw. Maka jangan heran mereka tetap menganut Yahudi dan Kristen, meskipun mereka telah mempelajarii detil kedua pedoman hidup umat Islam itu.

Dan Iblis dengan jiwa sombongnya itu memang telah bersumpah untuk memperbanyak pengikut bersama-sama ke neraka. Renungkanlah ayat Al-Qur’an ini,

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. al Baqarah 34)

قَالَ رَبِّ بِمَآ اَغْوَيْتَنِيْ لَاُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى الْاَرْضِ وَلَاُغْوِيَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ اِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ

”Ia (Iblis) berkata, “Tuhanku, karena Engkau telah menyesatkanku, sungguh aku akan menjadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi dan sungguh aku akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih (karena keikhlasannya) di antara mereka.” (QS. al Hijr 39-40)

قَالَ فَبِمَآ اَغْوَيْتَنِيْ لَاَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمَۙ ثُمَّ لَاٰتِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَاۤىِٕلِهِمْۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ قَالَ اخْرُجْ مِنْهَا مَذْءُوْمًا مَّدْحُوْرًا ۗ لَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ لَاَمْلَـَٔنَّ جَهَنَّمَ مِنْكُمْ اَجْمَعِيْنَ

”Ia (Iblis) menjawab, “Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian, pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” Dia (Allah) berfirman, “Keluarlah kamu darinya (surga) dalam keadaan terhina dan terusir! Sungguh, siapa pun di antara mereka yang mengikutimu pasti akan Aku isi (neraka) Jahanam dengan kamu semua.” (QS. al A’raf 16-18)

Di sinilah perbedaan sikap antara ilmuwan Muslim dan ilmuwan kafir. Ilmuwan Muslim tunduk kepada Allah, Al-Qur’an dan Rasulullah Saw. Ilmuwan kafir atau non Islam tidak. Mereka tidak mau tunduk pada Al-Qur’an. Mereka merasa ‘kitab suci’ yang dipegangnya lebih hebat dari Al-Qur’an. Mereka tunduk pada ‘hawa nafsu akal’ atau secara tidak sadar telah menjadikan setan/iblis sebagai pemimpinnya.

يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا ۗ إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ ۗ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ

“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al A’raf 27)

اَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُۗ اَفَاَنْتَ تَكُوْنُ عَلَيْهِ وَكِيْلًا ۙ اَمْ تَحْسَبُ اَنَّ اَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُوْنَ اَوْ يَعْقِلُوْنَۗ اِنْ هُمْ اِلَّا كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ سَبِيْلًا ࣖ

“Sudahkah engkau (Nabi Muhammad) melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya? Atau, apakah engkau mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka tidak lain hanyalah seperti hewan ternak. Bahkan, mereka lebih sesat jalannya.” (QS. al Furqan 43-44)

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button