Ketika Nilai-Nilai Barat Mulai Hancur
Barat yang dulu dibanggakan nilai-nilainya kini mulai runtuh. Nilai-nilai yang dibanggakan seperti materialisme, kapitalisme, akal yang hebat, teknologi yang maju mulai mendapat kritikan yang keras dari berbagai pakar di bidangnya.
Materialisme mulai mendapat sorotan tajam. Keyakinan adanya materi belaka di dunia ini, kini mulai ditinggalkan. Bahkan menilai manusia hanya materinya belaka, menimbulkan kesalahan yang besar.
Manusia bukan hanya materi, manusia dihargai justru karena jiwa atau ruhnya yang tidak terlihat. Penemuan modern tentang neurosains juga belum bisa menyibak ruh manusia. Keberadaan fisik, bahkan otak manusia, masih belum mencukupi untuk menilai manusia.
Ruh yang merupakan inti hidup manusia, sampai kini kita lihat Barat belum bisa menyibaknya. Bahkan sampai kiamatpun manusia tidak akan bisa menyibaknya. Karena Al-Qur’an telah menggariskan bahwa manusia hanya diberi ilmu yang sedikit tentang ruh ini. Bila manusia bisa membuat ruh, berarti bisa membuat kehidupan alias tidak akan mati. Dan ini mustahil manusia mesti menghadapi kematian, sebagaimana digariskan Al-Qur’an.
Kebanggaan materi atau fisik manusia kini juga mulai dikritik keras. Seperti pengadaan miss universe, miss world atau ratu kecantikan. Perlombaan seperti ini justru merendahkan martabat wanita, karena wanita hanya dilihat dari bentuk tubuh atau paras wajahnya. Wanita adalah juga manusia dan inti manusia bukanlah bentuk fisiknya, tapi inti manusia adalah akal (jiwa) dan akhlak (perilakunya).
Pemahaman Barat tentang jiwa juga baru mengenal akhir-akhir ini. Islam sudah membahas jiwa manusia sejak zaman Rasulullah (abad ke-7). Jiwa dalam Islam mempengaruhi akal. Akal memang bisa menyibak tentang berbagai macam warna. Tapi menentukan warna apa yang disukai, itulah peranan jiwa (hati). Meski menurut Barat, penentuan warna ini juga letaknya di akal. Wallahu a’lam bishawab.
Islam telah meneropong jiwa manusia ribuan tahun lalu. Dalam jiwa manusia ada sifat rakus, tamak, sombong dan lain-lain yang harus dijauhi. Barat tidak mengenal ini. Bila kita teropong kejiwaan Barat, mereka banyak terkena penyakit sombong. Penyakit berbahaya yang disuntikkan iblis. Jiwa sombong Barat inilah yang membuat mereka merajai dunia dengan militernya. Mereka menciptakan berbagai senjata militer yang membahayakan dunia dan manusia sendiri. Mereka menciptakan nuklir untuk menakut-nakuti negara lain. Mereka menciptakan jargon yang ngawur: Kalau ingin damai, harus siap perang (Si Vis Pacem Parabellum).
Jargon ini ciptaan Barat, sehingga dunia Timur (termasuk dunia Islam) dibujuk ramai-ramai untuk membeli peralatan militer dari Barat yang memang sudah maju. Dan bila ditelaah, industri militer inilah penyebab perang yang menghancurkan manusia. Selain tentu sifat rakus kuasa pada diri manusia yang ingin menggapai kekuasaan bagaimanapun caranya.
Barat atau komunis menghalalkan segala cara untuk menggapai kekuasaan. Islam tidak. Dalam Islam kekuasaan tidak boleh digapai dengan jalan perang (membunuh ribuan/jutaan manusia). Bila mengikuti petunjuk Rasulullah, maka kekuasaan digapai dengan ‘penyadaran’ (dakwah) bukan dengan perang. Lihat bagaimana Rasulullah membentuk daulah di Madinah dengan penyadaran. Perang dalam Islam, hampir semuanya terjadi karena umat Islam diperangi terlebih dahulu. Makanya kata ahli hikmah, perang dalam Islam sifat defensif, sedang dakwah dalam Islam sifatnya agresif.
Di zaman internet ini, seperti pernah penulis terangkan, perang (fisik) sudah out of date alias ketinggalan zaman. Abad ini adalah abad saling berbagi, abad kerjasama, abad kolaborasi, abad pencerahan, abad ilmu pengetahuan. Dan di sinilah Islam akan memainkan peran utamanya. Karena Islam hadir memang untuk mencerahkan akall dan jiwa manusia. Islam hadir dengan membawa nilai-nilai yang mulia untuk manusia.
Renungkanlah bagaimana wahyu pertama turun membawa pencerahan akal dan jiwa manusia. Revolusi untuk perbaikan akal dan akhlak manusia. Bandingkan dengan revolusi Barat yang penuh kemarahan. Misalnya revolusi Prancis yang membawa banyak korban manusia, yang membawa jargon liberty, egalility, fraternity. Begitu juga Barat membuat Perang Dunia I dan II yang menyebabkan mereka berkuasa di dunia sekarang ini.
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan! Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Tuhanmulah Yang Mahamulia, yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. al Alaq 1-5)