Ketika Nilai-Nilai Barat Mulai Hancur
Lihatlah bagaimana Al-Qur’an mengecam keras sebuah kaum atau ilmuwan yang menggunakan hawa nafsunya untuk menolak Al-Qur’an atau Rasulullah. Al-Qur’an menyatakan, ”Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” Ya mereka lebih sesat dari binatang ternak, sebab binatang ternak saja kalau dilatih atau dibimbing penggembalanya ia nurut. Ini ilmuwan yang ilmunya tidak seberapa merasa lebih hebat dari Nabi Muhammad Saw.
Nilai-nilai Barat tentang kebebasan juga sekarang mengalami degradasi. Yang dicari manusia di dunia ini ternyata bukan kebebasan, tapi kebahagiaan. Kebebasan banyak menjerumuskan manusia. Kebebasan berpakaian, kebebasan minuman keras, kebebasan seksual, kebebasan narkoba dan lain-lain.
Wanita-wanita yang dipaksa menjadi pemeran fashion show –ada yang dipaksa menjadi pelacur- banyak menderita jiwanya. Mereka dikekang dengan berbagai aturan dari bosnya sehingga meski nampak ‘fisik cerah’ tapi menderita jiwanya. Pelacur pun begitu. Fisiknya mungkin bagus, tapi jiwanya menderita dengan profesi seperti itu.
Itulah di antara nilai-nilai Barat yang hancur. Barat memang banyak tahu tentang hal-hal yang fisik (nampak) di dunia, tapi tentang jiwa mereka miskin pengetahuannya. Begitu juga tentang hal yang ghaib mereka juga ‘nir-ilmu’. Selama mereka menjauhkan peradabannya dari Al-Qur’an, maka mereka akan tersesat atau bobrok peradabannya.
Al-Qur’an mengingatkan,
يَعْلَمُوْنَ ظَاهِرًا مِّنَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۖ وَهُمْ عَنِ الْاٰخِرَةِ هُمْ غٰفِلُوْنَ اَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوْا فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ ۗ مَا خَلَقَ اللّٰهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَآ اِلَّا بِالْحَقِّ وَاَجَلٍ مُّسَمًّىۗ وَاِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِ بِلِقَاۤئِ رَبِّهِمْ لَكٰفِرُوْنَ اَوَلَمْ يَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَيَنْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْۗ كَانُوْٓا اَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَّاَثَارُوا الْاَرْضَ وَعَمَرُوْهَآ اَكْثَرَ مِمَّا عَمَرُوْهَا وَجَاۤءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنٰتِۗ فَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلٰكِنْ كَانُوْٓا اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَۗ ثُمَّ كَانَ عَاقِبَةَ الَّذِيْنَ اَسَاۤءُوا السُّوْۤاٰىٓ اَنْ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَكَانُوْا بِهَا يَسْتَهْزِءُوْنَ ࣖ اَللّٰهُ يَبْدَؤُا الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيْدُهٗ ثُمَّ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ وَيَوْمَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ يُبْلِسُ الْمُجْرِمُوْنَ
“Mereka mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia, sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai. Apakah mereka tidak berpikir tentang (kejadian) dirinya? Allah tidak menciptakan langit, bumi, dan apa yang ada di antara keduanya, kecuali dengan benar dan waktu yang ditentukan. Sesungguhnya banyak di antara manusia benar-benar mengingkari pertemuan dengan Tuhannya.
Tidakkah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul)? Orang-orang itu lebih kuat dari mereka (sendiri) dan mereka telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya melebihi apa yang telah mereka makmurkan. Para rasul telah datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang jelas. Allah sama sekali tidak menzalimi mereka, tetapi merekalah yang menzalimi dirinya sendiri.
Kemudian, kesudahan orang-orang yang berbuat jahat adalah (balasan) yang paling buruk karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan selalu memperolok-olokkannya. Allah memulai penciptaan (makhluk), kemudian mengembalikannya (menghidupkannya) lagi. Lalu, hanya kepada-Nya kamu dikembalikan. Pada hari (ketika) terjadi kiamat, para pendurhaka terdiam berputus asa.” (QS. ar Ruum 7-12).
Wallahu azizun hakim. Dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. []
Nuim Hidayat, Direktur Forum Studi Sosial Politik.