NUIM HIDAYAT

Ketika Yusuf Qaradhawi Menyimak Ceramah Hasan al-Banna

Beliau berbicara dengan rinci dan gambling mengenai ciri khas masing-masing periode, yang menandai dua periode dakwah Rasulullah Saw tersebut. Suatu uraian yang membuat jamaah terpuaskan.

Sebelumnya, sejak kami mulai dapat memahami ceramah para ulama, kami hanya mendapatkan mereka menjelaskan peristiwa hijrah itu itu saja setiap tahunnya dan tidak pernah berubah. Misalnya kisah laba-laba dan seekor burung dara dan lain sebagainya. Pada malam itulah kami baru mendengarkan sesuatu hal yang sangat baru, diantara sekian banyak yang menjelaskan peristiwa dan hakikat hijrah Rasulullah saw. Karena ceramah yang disampaikan Syekh Hasan al Bana tersebut sangat gambling, jelas dan menarik, kami memperhatikan semua isi ceramahnya, sehingga seluruh materi yang beliau sampaikan dapat kami cerna dengan baik.

Pada saat pulang ke rumah, saudara sepupu kami dan rekan-rekannya bertanya kepada kami, ”Apa yang dapat engkau tangkap dari pengajian tersebut?”

Kami menjawabnya dengan mengatakan, ”Syekh al Bana menjelaskan ini dan itu (Kami menceritakan seluruh isi ceramah beliau secara detail).

Mendengar penjelasan kami, mereka sontak terperanjat keheranan. Mereka terdorong untuk bertanya, ”Masyaallah anak ini telah menghafal seluruh isi ceramah Syekh secara sempurna, seakan ia menghafalnya dari sebuah buku.”

Mulai saat itulah kami sangat tertarik untuk terus mengikuti pengajian-pengajian Syekh Hasan al Bana, terutama setiap beliau diundang mengisi berbagai acara di Thantha.

Sebelum peristiwa itu, kami pernah menyaksikan parade para pemuda anggota Ikhwanul Muslimin berpawai di sepanjang jalan protocol Thantha. Mereka membawa mushaf Al-Qur’an dalam ukuran besar, disertai dengan mengacung-acungkan bendera Ikhwan yang bergambarkan sebuah mushaf Al-Qur’an yang di sebelah kiri dan kanannya terdapat gambar pedang. Mereka meneriakkan yel-yel ‘waaiddu’ (siapkanlah), sebagai isyarat dari firman Allah SWT yang berbunyi,

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS al Anfal 60)

Selain itu mereka juga meneriakkan yel-yel yang membakar semangat di antaranya, ”Allaahu ghaayatunaa, war Rasuulu zaiimunaa, wal Quraanu dustuuruna, wal jihaadu sabiilunaa, walmautu fii sabiilillah asma amaaniina, Laailaahaillallah Muhammadur Rasuulullahi alaihaa nahyaa walaihaa namuutu wa fii sabiiliha nujaahidu hatta nalqallaha, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.”

Kami saksikan para pemuda yang masih belia ini memakai pakaian seragam dan terus menerus meneriakkan jargon-jargon tersebut. Semenjak itulah hati kami mulai tertarik dan sangat jatuh hati pada penampilan mereka. Bahkan hati kami bergetar mendengar setiap teriakanyang mereka kumandangkan dengan penuh keihklasan. Kobaran semangat tersebut pada akhirnya nanti, kami dapatkan langsung dari para guru dan pembimbing mereka. Sayangnya saat itu kami belum dapat menjadi anggota dan bagian dari mereka…

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button