NUIM HIDAYAT

Ketika Yusuf Qaradhawi Menyimak Ceramah Hasan al-Banna

Sehari Semalam Bersama Syekh al Banna

Kesempatan paling penting yang kami alami bersama Syekh al Banna, adalah saat beliau mengunjungi Mahallah al Kubra selepas beliau mengunjungi Zifta. Untuk menyambut kehadirannya, di sana telah didirikan tenda-tenda besar dan panitia mengundang masyarakat dan seluruh pelosok Mahalla Kubra dan daerah yang ada di sekitarnya. Setelah beberapa orang dai menyampaikan orasinya, barulah Syekh al Banna menyampaikan ceramah.

Pada saat ceramah sedang berlangsung, terjadi sebuah huru-hara. Akan tetapi dengan sangat mudah beliau dapat mengendalikan situasi dan merebut perhatian seluruh jamaah yang hadir.

Huru hara tersebut diakibatkan oleh provokasi beberapa partai yang ingin menggagalkan acara Ikhwan dengan memancing emosi kader ikhwan agar melayani mereka. Mereka mengira jika pada acara tersebut terjadi huru hara, maka acara akan kacau, rencana akan gagal, masyarakat akan lari tunggang langgang. Sehingga acara tersebut tidak memberikan sesuatu yang berarti bagi yang hadir. Inilah rencana dan tipudaya yang dimiliki oleh orang yang-orang yang suka membuat keonaran. Akan tetapi Allah SWT mengembalikan akibat dan keburukan tipu daya tersebut kepada mereka.

Saat itu dengan meneriakkan yel-yel yang penuh permusuhan dan membawa tongkat, mereka mendekati tempat berlangsungnya acara. Mereka benar-benar mendatangi tempat acara tersebut sambil terus menerus meneriakkan yel-yel permusuhan dan menantang Ikhwan. Akhirnya seluruh jamaah pun membalas aksi mereka dengan meneriakkan yel-yel lain, sehingga di sana terjadi bentrokan. Mereka menginginkan dengan terjadinya keributan tersebut, semua masyarakat yang hadir akan bubar. Jika Syekh al Banna tidak segera menyadari peristiwa yang terjadi, hampir saja rencana licik ini berhasil mereka lakukan.

Oleh sebab itu menghadapi peristiwa tersebut secara spontan beliau berkata, ”Saudara-saudara sekalian yang hadir di sini, tetaplah di tempat anda masing-masing. Demi Allah kita semua tidak menginginkan agar suatu keburukan pun menimpa seseorang. Kami hanya menginginkan agar umat ini segera bangkit dari tidurnya, agar umat ini segera meninggalkan perceraian dan segera bersatupadu serta memegang erat agama Allah. Oleh sebab itu, janganlah sekali-kali kalian bercerai berai.”

Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, beliau berkata lagi dengan suara yang lebih keras dan sangat menggugah, ”Sesungguhnya kita semua hanya akan kuat jika mendapatkan pertolongan Allah dan dengan kekuatan-Nya inilah kita semua tidak akan terkalahkan. Karena Allah lah kita semua akan mulia dan tidak akan pernah ada yang menghinakan kita. Karena Allah pula lah kita semua akan kaya dan tidak aka nada seorangpun yang sanggup menjadikan kita miskin. Kami hanya ingin membina dan mendidik umat ini dengan etika baru, etika Islami. Kami juga ingin membimbing mereka menuju akhlak Islami, serta ingin memimpin mereka dengan manhaj Islami, sehingga mereka dapat berjalan bersama-sama di belakang seorang pemimpin besar, dan panglima yang paling agung, yaitu Rasulullah Saw.”

Kata-kata yang keluar dari mulut Syekh al Banna ini laksana gelegar sebuah bom yang berhasil meredam dan mendamaikan semua orang yang mendengarkannya, sehingga tidak ada seorang jamaah pun yang meninggalkan tempatnya masing-masing. Kami sendiri tidak pernah mendengar kata-kata sekuat itu dari yang lain. Perkataan beliau tersebut berhasil meredam aksi yang ingin mengorbankan pertengkaran, serta membubarkan barisan dan kekuatan mereka, sehingga mereka kabur tunggang langgang. Setelah mereka semua lari, Syekh al Bana melanjutkan kembali ceramahnya dengan mengatakan, ”Tadi kita sudah membahas mengenai (ini dan itu), mari kita lanjutkan pembicaraan tersebut…” seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu yang menegangkan, sehingga acara tersebut sukses dan berakhir dengan lancar.

Seusai acara tersebut, Syekh al Banna mengunjungi skcretariat Ikhwan (daerah Mahallah) untuk menemui para wakil rakyat, buruh dan para murid yang telah menunggu di sana. Perbincangan Syekh al Bana terus berlangsung sampai satu jam menjelang shalat Shubuh. Mengakhiri dialognya beliau berkata, ”Saya minta izin untuk beristirahat barang sebentar.” Setelah seluruh yang hadir mengizinkan beliau masuk ke kamar. Satu jam kemudian (saat waktu Shubuh tiba), kami melihat beliau sudah keluar kembali dari kamarnya. Kami tidak mengetahui apakah beliau sempat tidur atau tidak. Menurut beberapa ikhwan yang selalu menyertai beliau, jika beliau ingin tidur, biasanya beliau pun tidur. Sebelumnya beliau selalu mengatakan, ”Jika Allah mencintai seorang hamba, maka hamba tersebut akan dapat mengalahkan rasa kantuknya.”

Akhirnya tibalah waktu Shubuh dan beliau mengimami kami. Pada shalat tersebut beliau membaca surat Qaf yang dibagi ke dalam dua rakaat. Setelah selesai melaksanakan shalat Shubuh, kami langsung tidur. Setelah itu kami tidak mengetahui aktivitas lain yang beliau kerjakan. Pada saat waktu shalat Dhuha tiba, kami bangun tidur. Kami mendapatkan bahwa ternyata Syekh al Banna telah diundang ke daerah Mahallah Abu Ali yang berbatasan dengan Al Mahallah Kubra untuk sarapan pagi dan menyampaikan ceramah pada salah satu masjid yang terdapat di sana.

Oleh sebab itu agar dapat mendengarkan kembali ceramah beliau, kami bergegas berangkat ke Mahallah Abu Ali. Di sana kami menemui rekan-rekan lain. Kami menunggu ceramah yang akan disampaikan Syekh al Bana sampai shalat Ashar. Di sana kami melaksanakan shalat Ashar di Masjid al Abbasi bersama Syekh al Bana. Setelah shalat beliau menyampaikan ceramahnya.

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button