NASIONAL

Ketum Muhammadiyah: Tidak Boleh Lengah Atas Nama Berdamai

Yogyakarta (SI Online) – Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, memanfaatkan momentum Idul Fitri 1441 H dengan menyapa para tenaga medis baik dokter maupun perawat rumah sakit Muhammadiyah yang saat ini merawat pasien Covid-19, pasien Covid-19 yang sudah sembuh, keluarga pasien Covid-19 dan warga Muhammadiyah di luar negeri yang tidak bisa pulang ke tanah air karena wabah Covid-19 dalam program “Haedar Menyapa.”

Program tersebut ditayangkan langsung melalui TV dan jaringan media sosial Muhammadiyah.

Kepada semua tenaga kesehatan, baik dokter dan perawat yang disapa melalui aplikasi telekonferens tersebut Haedar Nashir menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya karena telah berjuang merawat para pasien Covid-19.

“Saya selalu menyebut dengan penuh pertaruhan jiwa sehingga PP Muhammadiyah selain mengapresiasi, bahkan selalu menggunakan kata ini sebagai jihad fi sabilillah,” kata Haedar dalam keterangan tertulisnya, Ahad 24 Mei 2020.

Para tenaga kesehatan yang disapa berasal dari RSI Jakarta Cempaka Putih (dokter Dimas dan perawat Ulyarni), RS Muhammadiyah Siti Khotijah Sidoarjo (dokter Nining dan perawat Lina Melati), RS Muhammadiyah Palangkaraya (dokter Agus Candra dan perawat Rini), dan Direktur RS Muhammadiyah Palembang, dokter Widodo Pangestu.

Sementara pasien sembuh adalah sepasang suami istri (Suyono dan istri) yang sembuh dari Covid-19, dulunya dirawat di RS Siti Khotijah Kediri dan seorang pasien sembuh bernama Savina yang pernah dirawat di RS PKU Muhammadiyah Wonosobo.

Untuk keluarga pasien adalah Siti Nur Febrianti, salah seorang kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dari Tanah Abang Jakarta, sedangkan warga Muhammadiyah yang berada di luar negeri yaitu satu orang di Taiwan, yaitu Yuniar Wardani.

Dokter Dimas dari RSI Jakarta Cempaka Putih menyampaikan bahwa tidak bisa dipungkiri awalnya mempunyai rasa khawatir bahkan takut ketika harus menangani pasien Covid-19.

“Ada rasa kekhawatiran dan kecemasan bagi tenaga medis, tapi alhamdulillah rumah sakit memfasilitasi dengan APD yang memadai dan ruang perawatan isolasi yang standar,” katanya.

Saat ditanya duka dalam menangani pasien Covid-19, para nakes menyampaikan perihal penolakan dari pasien dan keluarga terhadap kondisi yang dialami. Ini seperti yang diungkapkan oleh dokter Sri Widianingsih dari RS Siti Khotijah Sidoarjo.

“Ada pasien-pasien yang menolak dan bahkan melarikan diri sehingga membutuhkan upaya ekstra untuk mengedukasi bahwa mereka adalah Pasien Dalam Pengawasan (PDP),” ujarnya.

Terkait kebutuhan Alat Perlindungan Diri (APD) saat ini, semua tenaga kesehatan yang disapa Haedar Nasir mengatakan sudah terpenuhi bahkan mempunyai cadangan untuk beberapa bulan ke depan seperti diungkapkan dokter Widodo Pangestu, direktur RS Muhammadiyah Palembang.

“Kita disini APD cukup untuk dua bulan ke depan karena dibantu hampir semua pihak di Palembang baik persyarikatan maupun lainnya,” ungkapnya.

Sementara tiga orang pasien yang sudah sembuh dari Covid-19 yaitu Suyono dan istrinya yang pernah dirawat di RS Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kediri, serta Savina yang pernah dirawat di RS PKU Muhammadiyah Wonosobo. Ketiganya mengungkapkan bahwa pelayanan di RS Muhammadiyah tempat mereka dirawat sangat baik.

“Alhamdulillah tim medis dengan pasien bisa bekerja sama, berjuang bersama-sama dengan bagus sekali. Tim medis sabar banget memberi motivasi,” ungkap Istri Suyono.

Dari keluarga pasien Covid-19 ada Siti Nur Febrianti yang merupakan bendahara IPM Cabang Tanah Abang Jakarta, tiga anggota keluarganya yaitu ayah, ibu dan seorang kakaknya terpapar Covid-19. Bahkan ayahnya yang merupakan Sekretaris Pimpinan Ranting Muhammadiyah Kebon Melati, Tanah Abang meninggal dunia pada tanggal 13 Mei yang lalu, sementara ibu dan kakaknya masih dirawat di RS Darurat Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta.

Terakhir Haedar Nashir juga menyapa Yuniar Wardani, seorang warga Muhammadiyah yang berada di Taiwan. Kepada Haedar Nashir, Yuniar Wardani mengucapkan terima kasih khususnya kepada MDMC yang sudah menyalurkan ribuan masker kepada WNI di Taiwan saat awal wabah Covid-19 melanda negara tersebut, sedangkan Indonesia belum terkena.

“Kami saat itu mendapatkan stok masker yang banyak dan sangat membantu karena kami di Taiwan kesulitan mendapatkannya,” katanya.

Menyinggung tentang apakah berdamai atau rasional dalam menangani Covid-19 Haedar dalam pernyataan penutupnya mengatakan bahwa itu sebenarnya persoalan terminologi saja.

“Poinnya adalah semua harus menangani secara sungguh-sungguh dan tidak boleh lengah atas nama berdamai dan tidak boleh kita mengabaikan sesuatu atas nama berdamai atau kita membiarkan sesuatu yang nanti justru bermasalah atas nama berdamai,” pungkasnya.

Red: farah abdillah

Artikel Terkait

Back to top button