Keutamaan Sepuluh Hari Awal Dzulhijjah
Keutamaan Hari-Hari Sepuluh Zhulhijjah Dari Hari-Hari di Bulan-Bulan Lainnya
Dari segi waktu itu sendiri, sepuluh hari merupakan hari-hari yang agung dan mulia melebihi hari-hari dalam setahun. Ini menunjukkan keutamaan sepuluh hari pertama Dzulhijjah dari hari-hari bulan-bulan lainnya dalam setahun.
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah berkata, “Tampaknya sebab yang menjadikan istimewanya sepuluh hari (pertama) Dzulhijjah adalah karena padanya terkumpul ibadah-ibadah induk (besar), yaitu: shalat, puasa, sedekah dan haji, yang (semua) ini tidak terdapat pada hari-hari yang lain.” (Fathul Baari: 2/593).
Di antara keutamaan sepuluh hari awal Zhulhijjah yaitu Allah subhanahu wa ta’ala bersumpah dengan sepuluh malam pada sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah secara umum dan dengan sebahagianya secara khusus. (Lathaif Al-Ma’arif: 345).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Demi fajar, Dan demi malam yang sepuluh.” (Al-Fajr: 1-2). Para ulama menafsirkannya dengan sepuluh malam awal Dzulhijjah, sebagaimana ditafsirkan oleh Ibnu Abbas, Ibnu Az-Zubair, Mujahid, ‘Ikrimah, Masruq, dan kebanyakan para ulama dari kalangan ulama salaf dan khalaf. (Tafsir Ath-Thabari: 30/180, Tafsir Ibnu Katsir: 8/255). Pendapat ini yang dipilih oleh imam Ath-Thabari, imam Ibnu Katsir dan imam Ibnu Rajab serta menjadi pendapat mayoritas para ulama.
Masruq, seorang ulama tabi’in, menafsirkan firman Allah ta’ala, ‘Dan demi sepuluh malam” (Al-Fajr: 2), ia berkata, “yaitu hari-hari yang paling utama dalam setahun. (HR. Abdurrazak dan lainnya)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah hari-hari yang paling agung dan paling dicintai oleh Allah untuk melakukan amal shalih padanya melainkan sepuluh hari (awal Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir dan tahmid“. (HR. Ahmad).
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah hari-hari yang paling utama di sisi Allah dari hari-hari sepuluh hari (awal) Dzulhijjah.” (HR. Ibnu Hibban).
Dalam riwayat lain ada tambahan, “Dan tidak ada malam-malam yang lebih utama dari malam-malamnya. Rasulullah ditanya, “Wahai Rasululllah ! apakah hari-hari itu lebih utama dari persiapan (penantian) mereka untuk berjihad di jalan Allah?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Hari-hari itu lebih utama daripara persiapan mereka untuk berjihad di jalan Allah, kecuali orang yang tersungkur wajahnya ke tanah (mati syahid). Dan tidak ada satupun yang lebih utama dari hari ‘Arafah.” (HR. Abu Musa Al-Madini).
Dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hari-hari dunia yang paling utama adalah hari-hari sepuluh awal Zhulhijjah.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, tidakkah juga sama (keutamaan) hari-hari (sepuluh awal Zhulhijjah) dengan jihad fi sabilillah? Tidak juga sama dengan hari-hari itu dengan jihad fi sabilillah kecuali orang yang mati syahid.” (HR. Al-Bazzar dan lainnya).
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Tidak ada hari yang paling agung di sisi Allah dari hari Jum’ah melainkan sepuluh hari awal Dzulhijjah.” Ini menunjukkan bahwa sepuluh hari awal Zhulhijjah lebih utama dari hari-hari Jum’at yang merupakan hari-hari paling utama. (Lathaif Al-Ma’arif: 344).