Khotbah Jumat UBN: Sikap Muslim terhadap Para Penghina Nabi
Adanya pihak yang menghina Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam in, bagi orang-orang yang beriman akan menjadi ukuran kecintaannya kepada baginda Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam, bagaimana ia menyikapi penghinaan tersebut.
Hal tersebut juga menjadi ukuran bagi keimanan dan ketauhidan seorang muslim di hadapan Nabinya, Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam.
Hal tersebut juga bisa menjadi batu sandungan bagi setiap orang terhadap Alquran al-Karim dan risalah yang dibawa oleh Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam.
Karena penghinaan terhadap Nabi tidak saja terkait dengan pribadi nabi, tapi juga terkait dengan risalah yang dibawa oleh Nabi.
Kami memberikan peringatan dan bimbingan kepada umat, bagaimana menyikapi dan mengambil hikmah di balik penghinaan terhadap Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam.
Kejadian baru-baru ini lebih menyakitkan karena disampaikan di oleh seseorang yang memiliki kedudukan di suatu negeri dalam sebuah diskusi yang mewakili lembaga yang berkuasa di negerinya. Dan ini adalah penistaan di tingkat formal yang tidak terjadi sebelumnya.
Kejadian tersebut memiliki dampak positif dalam membangkitkan semangat cinta kepada Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam. Semoga hal tersebut meluas menjadi semangat persatuan.
Apabila ada isu besar seperti ini, umat islam belum juga bangkit dan bersatu, lalu mau menunggu momentum apalag? Apa menunggu hingga ada pembantaian dan dihinakan sehina-hinanya?
Penghinaan terhadap Nabi ini memang sudah terjadi sejak lama dan terus berulang, sebagaimana permusuhan abadi yang tidak pernah damai selamanya antara yang haq dan yang batil. Dan jangan coba-coba untuk mendamaikan antara kebenaran dan kebatilan, karena jika itu dilakukan maka bisa jadi berada dalam kemunafikan jiwa atau promotor kemunafikan.
Pengikut Nabi selamanya tidak akan bisa didamaikan dengan pengikut setan di muka bumi ini.
Tentu antara kebenaran dan kebatilan ada batas toleransi yaitu lakum dinukum wa liya diin (Untukmu agamamu dan untukku agamaku).