Komunis Selalu Membonceng
Tetapi, ketika ada kekuatan besar baru bak mesin turbo proove di kendaraan itu, yaitu kekuatan super oligarki korporasi konglomerasi, bagi mereka menjadi tak soal lagi mau membonceng partai nasional atau agamis.
Itulah yang terbaca dan tampak kentara di peta perpolitikan Indonesia menjelang Pilpres 2024 yang secara samar-samar terlihat adanya sinyal kekuatan tersembunyi dan terpendam itu tengah berkelindan kembali:
Ironinya, meski kendaraan politik PDIP keluar sebagai pemenang Pemilu dua periode disupiri “petugas partai” sang Presiden Jokowi, tetapi kemudian kini kondisi dan keberadaannya seperti tengah teralienasi.
Ditinggal para anggota koalisi, menjadi KIB dan partai Nasdem yang sudah mencalonkan Anies Rasyid Baswedan sebagai calon Presiden serta PKB tengah berkoalisi dengan Gerindra.
Meski, tak terbentur kuota PT 20% bersendiri juga kendaraan bisa jalan, tetapi tingkat elektoral baik partai maupun balon Capres melalui Puan Maharani ternyata masih jauh dan rendah menurut banyak lembaga hasil survey elektoral.
Terlebih, sang supir, sang petugas partai itu bak lelakon wayang “Sang Petruk Jadi Raja”, jabatan Presidennya bak telah berubah menjadi Maha Raja yang tiran dan otoritarian itu.
Para kelompok pembonceng di belakangnya itu membisiki melakukan noising level sudah menganggap membonceng di kendaraan PDIP itu sudah tak berguna.
Kendaraan lapuk dan sudah jadul, ketinggalan zaman untuk menjangkau era gaya baru komunisme yang ditandai tidak lagi berstempel secara konvensional, tetapi sudah ber-barcode digital milenial dan mondial.
Malah, sekarang sang sopir “petugas partai” Jokowi dengan caranya menduplikasi ikut-ikutan “tersembunyi dan terpendam” disinyalir dan diduga sedang menyusun kekuatan untuk “3 periode” dan atau sebagai “King Maker” untuk meneruskan trah kekuasaan politiknya, melalui KIB, yang mulai terang-benderang dengan memasangkan balon Capresnya, Ganjar Pranowo dan Erick Thohir.
Itu terbersit dalam narasi pidatonya yang ditandai bahasa simbolisme “dahi berkerut dan rambut beruban putih” melalui acara di GBK mengkonsolidasikan relawan Nusantara Bersatu.
Bila dugaan itu semuanya benar, maka di belakangnya kelompok kekuatan laten itu tengah hijrah “memboncengi” melalui KIB.