#Save UighurINTERNASIONAL

Komunitas Uighur di Turki Desak PBB Selidiki ‘Kamp Pendidikan’ China di Xinjiang

Istanbul (SI Online) – Muslim Uighur di Turki meminta kepala hak asasi manusia PBB Michelle Bachelet untuk menyelidiki apa yang disebut ‘kamp pendidikan ulang’, dan dan tuduhan pelanggaran hak, penyiksaan dan bahkan genosida di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang ketika dia mengunjungi daerah itu bulan ini.

“Saya menyerukan kepada kepala hak asasi PBB untuk berjalan bebas di kamp konsentrasi dan berbicara secara bebas dengan orang-orang, tanpa kamera pengintai atau tanpa kehadiran polisi China, untuk mengungkapkan kepada dunia situasi hak asasi manusia di sana,” kata Mirza Ahmet Ilyasoglu, seorang Uighur yang tinggal di Turki, dalam konferensi pers di Istanbul pada Selasa (10/5).

“Karena jika PBB pergi ke sana dan mendengarkan tesis sepihak China. Itu akan menghasilkan laporan yang sepenuhnya salah yang akan sangat memalukan bagi PBB dan badan hak asasi manusia,” tambahnya.

Komunitas Uighur di Turki telah melakukan protes setiap hari di luar konsulat China di Istanbul selama beberapa tahun terakhir, memegang foto kerabat dan anggota keluarga mereka yang kehilangan kontak selama berbulan-bulan, dan bahkan bertahun-tahun.

Pada bulan Maret, kepala hak asasi manusia PBB Michelle Bachelet mengatakan, dia akan berkunjung ke China, termasuk Xinjiang, pada bulan Mei, setelah kesepakatan dengan Beijing, ketika para pembela hak asasi meningkatkan tekanan agar kantornya merilis laporan yang telah lama tertunda tentang situasi hak di sana.

Kelompok-kelompok hak asasi mengatakan, setidaknya satu juta sebagian besar minoritas Muslim telah dipenjara di “kamp pendidikan ulang” yang tersebar di wilayah barat laut China yang luas, di mana China dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang meluas.

Kelompok hak asasi manusia, dan banyak pemerintah asing mengatakan, mereka memiliki bukti dari apa yang mereka katakan sebagai penahanan massal, kerja paksa, indoktrinasi politik, penyiksaan dan sterilisasi paksa. Washington menyebutnya “genosida.”

China membantah keras tuduhan itu dan mengatakan, sedang menjalankan program pelatihan kejuruan dan skema kerja untuk membantu membasmi ekstremisme di wilayah tersebut.

sumber: trtworld/mina

Artikel Terkait

Back to top button