Konsep Anwar Ibrahim dalam Membangun Malaysia Madani

Pada 19 Januari 2023 bertempat di PICC Putrajaya Perdana Menteri Malaysia Dato` Seri Anwar Ibrahim menyampaikan sebuah amanat Membangun Malaysia dengan menggunakan konsep Madani. Lebih kurang satu jam beliau menyampaikan konsep itu kepada umum dan sebuah buku setebal 217 halaman karangan beliau tentang Negara Madani Visi dan Kerangka Reformasi turut dibagikan ketika itu. Walaupun falsafah Madani diilhamkan dari negara Madinah masa Nabi Muhammad dengan Piagam Madinahnya, namun Madani itu sendiri di adalah ringkasan dari Kemampanan, Kesejahteraan, Daya Cipta, Hormat, Keyakinan dan Ihsan sebagai tonggak dasar Madani. Agendanya adalah fokus pada penyelesaian masalah, memenuhi keperluaan masa kini negara, menyentuh pencorakan masa depan dan memenuhi potensi rakyat dan negara. Sasarannya pula adalah memperkukuh ekonomi dan keuangan, perundangan, institusi, Pendidikan, kemasyarakatan, budaya, kota dan luar kota. Pembangunan ekonomi yang berlandaskan etika, menghindari pembaziran, kemewahan, membasmi kebocoran dan korupsi. Konsep adab, moral, etika akhlak dan kemanusiaan sangat dititikberatkan dalam konsep Madani tersebut Apa yang penting dari sebuah konsep adalah ia dapat memberi manfaat yang banyak kepada kemanusiaan. Walaupun tentu saja setiap pemimpin yang baik akan dimusuhi oleh mereka yang jahat. Konsep menurut Kamus adalah pengertian umum atau ide yang mendasari sesuatu, rancangan, draf seperti gambaran sebelum membuat bangunan, rumah sebagainya. Pengertian lain adalah pendapat yang berbentuk dalam akal fikiran mengenai sesuatu gagasan atau rancangan. Yang pasti sebuah konsep asli lahir dari wawasan yang bermaksud fahaman atau tanggapan, pandangan jauh tentang masa depan atau tujuan penting. Disinilah pentingnya warganegara memilih seorang pemimpin berkualitas, Amanah dan cerdas karena ia akan membawa perubahan kepada negaranya. Wawasan dilahirkan dari ilmu yang didapatkan dari sekolah atau hasil bacaan baik hasil pembacaan yang tersurat maupun membaca yang tersirat. Sebuah konsep hanya bisa dihasilkan oleh seorang yang memahami sesuatu tersebut secara menyeluruh dengan pandangan helicopter view. Ini karena menurut Plato manusia memiliki tiga kekuatan yaitu akal, semangat dan nafsu. Akal yang baik selalunya dibimbing oleh ilmu dan wahyu sebagai panduan. Ini sesuai dengan Firman Allah yang mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu. Atau menurut Sahabat Rasulullah Ali bin Abi Talib yang menyebutkan 10 kelebihan ilmu ketimbang harta. Anwar membaca banyak buku sewaktu dalam penjara dan kenyataan itu dapat dilihat apabila dengan mudah beliau mengutip ayat Quran, Hadis, Pandangan tokoh dan sebagainya. Lalu bagaimana dengan pemimpin yang tidak memiliki konsep yang jelas? Ia akan seperti pemimpin sebuah negara yang akan ke luar negara membuat kenyataan ngawur dalam menghadapi isu negara yang dihadapi dengan memakai jurus mabuk. Atau memakai jurus tak tau, panik, bingung bahkan lari mengelak dari ditanya oleh wartawan karena kedangkalan ilmu konsep wawasan yang dimiliki pemimpn tersebut. Pemimpin yang tidak memiliki konsep, wawasan yang dihasilkan dari ilmu hasil pembacaan yang tersirat dan tersurat hanya ibaratkan orang buta yang mendefinisikan bentuk gajah menurut apa yang mereka sentuh saja. Memimpin negara secara dadakan dimana masalah nampak disitu baru dipikirkan solusinya hanya bagaikan polisi India yang tahu semua masalah sebelum melakukan penyelidikan. Dalam system ISO pula kita hendaklah menulis apa yang kita kerjakan dan kerjakan apa yang kita tulis. Dalam banyak bakal calon Presiden, penulis hanya melihat seorang Dr Anies Baswedan saja yang memiliki konsep menyeluruh untuk menyelesaikan masalah negara berdasarkan ilmunya. Ini karena beliau seorang berpengalaman dan memiliki PhD bidang Sains Politik dari Perguruan Tinggi negara maju. Konsep pemimpin tiada rotan akarpun berguna atau tiada kayu tangga dicincang adalah tidak sesuai dengan konsep pemimpin masa depan. Ini karena pemimpin yang naik tanpa konsep yang mantap akan turun tanpa penghormatan yang dapat dibanggakan. Orang tua kita selalu menasehatkan sedia payung sebelum hujan bukan mengamalkan konsep preman membujur lalu melintang patah atau seperti managemen tukang perabot yang menghasilkan sesuatu berdasarkan orderan. Saat ini Perdana Menteri Malaysia tidak hanya bekerja meresmikan bangunan orang kaya tetapi mendukung budaya ilmu dengan mendekati program para ilmuan, agamawan dalam berbagai forum karena falsafah bertanya pada yang tahu, belajar pada yang pandai dan mencontoh pada yang sukses tidak dibalik oleh Anwar Ibrahim. [] Afriadi Sanusi, Ph.D., Doktor bidang politik Islam Universiti Malaya Kuala Lumpur, Malaysia.

SHARE:

Artikel Terkait

Anwar Ibrahim: Malaysia Tak akan Pernah Akui Israel

Malaysia Kutuk Pembunuhan Yahya Sinwar

Ekonomi Malaysia Menguat Setelah Anwar Berani Mengutuk Israel

Malaysia Madani Jiwa Merdeka dan Nasihat Hamka kepada Para ‘Hamba Raja Jawa’