MAHASISWA

Konstruksi Peran Mahasiswa dalam Pusaran Rezim Oligarki

Langkah pembungkaman dan pernyataan sinis para tuan pejabat, mengonfirmasi kepanikan rezim oligarki. Alih-alih mengapresiasi kritik mahasiswa, upaya pembungkaman justru mengerdilkan jiwa-jiwa kritis dan independensi mahasiswa. Arah perubahan pun dapat berubah haluan sebab disetir oleh kepentingan pihak penguasa. Alhasil kekritisan mahasiswa terkikis dalam memikirkan kemaslahatan rakyat.

Padahal semestinya, pergerakan mahasiswa menjadi sinyal baik bagi negeri ini. Mahasiswa tengah menjalankan perannya sebagai agen perubahan dan pengontrol kezaliman tuan penguasa. Semestinya, tuan penguasa menyambut baik pergerakkan mahasiswa. Bukan sebaliknya malah dibungkam dan dihalangi dengan upaya represif. Tampak jelas, kebebasan berpendapat hanya lips service, jika itu menyinggung kepentingan rezim oligarki.

Di satu sisi, pergerakan mahasiswa yang sedang memanas, semestinya didasari oleh arah dan konsep yang benar. Agar energi, harta, jiwa, pikiran dan raga tidak dikorbankan secara sia-sia. Sehingga pergerakkan mahasiswa dapat meraih kebangkitan dan perubahan yang hakiki.

Tak ayal melihat kondisi negeri hari ini. Maka penting mengontruksi kesadaran dan peran mahasiswa, bahwa meniti jalan perubahan bukan sebatas menolak UU Ciptaker yang mengerikan. Sebab penolakan ini jelas belum menuntaskan masalah yang ada. Karena sejatinya akar problematika negeri ini adalah diterapkannya kapitalisme-liberalisme di seluruh aspek kehidupan. Sedangkan demokrasilah jalan mulus yang menjadi biang berbagai undang-undang mengerikan yang menjerat tubuh rakyat.

Untuk itu, jelas dibutuhkan konsep yang jelas dan benar untuk mencabut sistem rusak ini. Sebuah konsep yang dilandasi oleh ideologi yang benar dan lurus yaitu Islam. Yang mana tauhid yang menjadi landasan pergerakannya. Sedangkan dakwah tanpa kekerasan, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Saw., sebagai jalan mewujudkan kebangkitan dan perubahan hakiki.

Jelas, pergerakan mahasiswa tidak hanya diarahkan untuk mencabut sistem rusak kapitalisme dan derivatnya. Lebih dari itu, pergerakkan mahasiswa harus diarahkan untuk mengembalikan sistem Islam yang diterapkan secara kafah dalam bingkai khilafah rasyidah ‘ala minhajin nubuwwah. Tujuannya tidak lain untuk melanjutkan kehidupan Islam yang mulia, demi mewujudkan Islam rahmatan lil ‘alamin.

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (TQS. Al-Anbiya [21]: 107).

Wallahu’alam bisshawwaab.

Jannatu Naflah
Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi Islam

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button