KABAR

KPK OTT Ketum Parpol, Innalillah atau Alhamdulillah?

Seorang sahabat menuliskan innalillahi begitu memperoleh kabar seorang Ketum Parpol tertangkap tangan (OTT) kPK di Surabaya, Jumat (15/3) pagi. Tapi, sahabat lainnya justru menulis kalimat pendek: “Skenario Allah, alhamdulillah kena juga!.”

Lho, kok? Keduanya benar. Innalillahi untuk perbuatan dan jabatan orang yang kena OTT itu, sementara alhamdulillah untuk personnya. Lha, apa lagi nih? Jangan bingung.. yang penting kita sekarang kembali bersyukur karena tanda-tanda Allah kembali datang.

Nanti dulu, siapa sebenarnya yang kena OTT itu? Banyak sumber termasuk berita-berita online sudah menyebut nama. Namun untuk menjaga asas presumption of inotion (praduga tak bersalah) saya hanya akan menuliskan inisialnya saja Rm. Benarkah? Tentu kita butuh sidik bersabar, paling tidak hingga sore ini.

Ada tiga ketum parpol yang anggota parlemen: 1. Zulkifli Hasan (PAN), 2. Muhaimin Iskandar (PKB), dan 3. Romahurmuzy atau akrab disapa Romi saja (PPP). Secara logika, ketum dari barisan oposisi yang tidak lagi didengar apalagi dilayani oleh pejabat-pejabat pemerintahan, khususnya menjelang pencoblosan. Mereka takut dinilai tidak loyal pada pucuk pimpinan tertinggi. Apalagi jika bicara soal uang panas.

Saya tidak ingin menggiring kita semua, tapi sekedar menuliskan fakta. Ketum yang satu itu berulang-ulang tampil bersama petahana dalam banyak momen. Dia memperlihatkan keistimewaannya itu, malah terkadang membuat vlog.

Ada adegan petahana yang sekaligus juga capres sedang di mobil sambil membagi-bagikan hadiah. Ada pula adegan ia meralat Mbah Moen yang sedang berdoa tapi menyebut nama Prabowo. Dan yang terakhir, ia membuat seolah-olah kesaksian bahwa petahana membentak Perdana Menteri Malaysia melalui telpon untuk membebaskan TKI dari hukuman mati. Khusus yang terakhir, meski ia mengaku menyaksikan langsung sambil mendramatsir dengan kalimat pendek: “Sampai merinding,”, orang pasti tidak percaya. Artinya kesaksiannya patut dapat diduga bohong.

Entah karena sudah dianggap keterlaluan oleh Sang Khalik atau entah karena apa pun, Jumat (15/3) pagi KPK menangkapnya dalam OTT, sampai menjelang shalat Jumat, nama yang bersangkutan memang belum secara resmi diumumkan. Dan saya belum mau juga menuduhkannya. Hanya saja secara logika, ya siapa lagi.

Yang paling unik, jika benar, situasi ini akan menyulitkan petahana. Mengapa? Bukan semata-mata karena yang bersangkutan sangat bahkan terlalu dekat, tapi lebih dari itu. Jika benar di OTT, petahana kok tidak bisa mengamankan orang terdekatnya. Jika petahana dikatakan mampu menegakan hukum, “Tuh lihat, biar paling dekat, jika salah tetap ditangkap,”. Maka orang yang di sekitarnya akan bilang, “Kasihan, Rm dijadikan umpan,”. Jadi, bagi petahana ini seperti judul film Warkop: Maju Kena Mundur Kena, atau seperti pepatah lama: Buah Simalakama, dimakan bapak mati tidak dimakan, ibu mati.

Jadi, innalilallahi atau alhamdulillah?

Semoga ini menjadi pertanda bagi umat untuk menuju Indonesia yang baru, yang adil dan yang makmur… aamiin..

M. Nigara
Wartawan Senior, mantan Wasekjen PWI

Artikel Terkait

Back to top button