Kualitas Transportasi Arus Balik Harus Mengutamakan Kepentingan Publik

Setelah liburan Lebaran, arus balik mudik sering kali menjadi momen penuh tantangan, terutama dalam hal transportasi. Kemacetan, keterbatasan fasilitas, dan kekhawatiran soal keselamatan dan kenyamanan perjalanan sering kali mewarnai pengalaman pemudik. Fenomena ini memperlihatkan pentingnya perhatian yang lebih besar dari pemerintah terhadap sistem transportasi, terutama pada puncak-puncak seperti lebaran.
Berdasarkan data Posko, pergerakan penumpang bus pada H-9 mencapai angka 116.789 orang. Angka ini naik 1,1 persen dibanding angkutan Lebaran tahun lalu pada periode yang sama. Untuk kapal penyeberangan, pergerakan penumpang juga mengalami peningkatan, di mana angkanya mencapai 163.633 orang, naik 52,77 persen dibanding angkutan Lebaran tahun lalu pada periode yang sama. (www.dephub.go.id 24/03/2025 )
Peningkatan ini menunjukkan betapa besarnya jumlah pemudik yang mengandalkan transportasi publik selama arus mudik, yang semakin menambah tantangan bagi pengelolaan sektor transportasi.
Meskipun sistem transportasi di Indonesia telah mengalami berbagai perbaikan, banyak tantangan yang masih harus dihadapi. Arus balik mudik dengan lonjakan pemudik dalam waktu singkat menguji kesiapan transportasi yang ada. Kemacetan menjadi masalah utama, ditambah dengan keluhan tentang harga tiket yang melonjak tajam atau ketidaknyamanan selama perjalanan. Sering kali, kita juga mendengar tentang agen travel ilegal yang beroperasi tanpa pengawasan yang memadai. Semua masalah ini mencerminkan bahwa pengelolaan sektor transportasi masih jauh dari ideal.
Sebagian besar permasalahan ini berasal dari pengelolaan transportasi yang lebih mengutamakan keuntungan daripada kesejahteraan rakyat. Dalam sistem yang berbasis pada pasar bebas, transportasi sering kali dipandang sebagai komoditas yang harus menghasilkan laba, bukan sebagai kebutuhan publik yang kualitasnya harus dijaga. Akibatnya, sektor transportasi cenderung lebih berpihak pada kepentingan swasta dan keuntungan, daripada memastikan sarana transportasi yang aman, nyaman, dan terjangkau bagi masyarakat.
Namun, jika kita melihat sistem yang mengutamakan kepentingan publik secara menyeluruh, kita dapat belajar dari prinsip-prinsip yang diterapkan dalam sistem yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam pengelolaan sektor publik. Dalam sistem seperti ini, negara memegang tanggung jawab penuh untuk menyediakan sarana transportasi yang berkualitas dan dapat diakses oleh seluruh rakyat tanpa terkecuali. Transportasi bukan dipandang sebagai komoditas untuk mencari keuntungan, tetapi sebagai layanan publik yang wajib disediakan negara demi kesejahteraan rakyat.
Kepemimpinan yang Bertanggung Jawab dalam Mengelola Transportasi
Menarik untuk kita cermati bagaimana sikap Umar bin Khattab, khalifah kedua dalam sejarah Islam, sangat mengutamakan tanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat. Umar terkenal sangat berhati-hati dalam menjalankan amanah kepemimpinan, bahkan takut akan dihisab di hadapan Allah jika ada kesalahan yang terjadi pada masa pemerintahannya meskipun hal itu terjadi jauh dari pusat kekuasaan. Umar merasa sangat bertanggung jawab, hingga ia khawatir jika ada jalan berlubang di daerah terpencil yang menyebabkan keledai rakyat terperosok, meski itu terjadi di luar kota tempat ia tinggal. Hal ini mengajarkan kita bahwa seorang pemimpin harus memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap setiap aspek kehidupan rakyatnya, bahkan yang terkecil sekalipun.
Umar bin Khattab pernah mengatakan, “Jika ada jalan berlubang di wilayah kekuasaanku, aku akan merasa takut kepada Allah jika ada seekor keledai yang jatuh di sana.” Ini menggambarkan betapa besar rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Pemimpin yang baik tidak hanya berfokus pada urusan politik dan ekonomi yang besar, tetapi juga pada hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi kesejahteraan rakyat, seperti jalan yang aman dan transportasi yang nyaman. Hal ini adalah cerminan dari kepemimpinan yang adil dan peduli terhadap rakyatnya.
Hadis Nabi Muhammad Saw juga menekankan pentingnya kepemimpinan yang amanah dan bertanggung jawab. Dalam salah satu hadisnya, Rasulullah Saw bersabda:
“Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengingatkan kita bahwa setiap pemimpin, baik itu pemimpin negara, pemimpin masyarakat, maupun pemimpin keluarga, akan diminta pertanggungjawaban atas setiap keputusan dan kebijakan yang diambilnya. Ini menunjukkan bahwa pemimpin yang baik adalah mereka yang tidak hanya peduli pada hasil, tetapi juga pada proses, serta memastikan kesejahteraan rakyat menjadi prioritas utama.