NASIONAL

Kunjungi Kyai Rasyid dkk, Yunus Yosfiah Cerita Masa Mudanya bersama Prabowo

Jakarta (SI Online) – Letjen TNI (Purn) Muhammad Yunus Yosfiah berkunjung ke kediaman KH Abdul Rasyid Abdullah Syafii di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Senin (23/4/2018). Kunjungan tersebut dalam rangka silaturahmi dan membicarakan sejumlah persoalan bangsa.

Dalam pertemuan tersebut, Kyai Rasyid ditemani sejumlah ulama dan tokoh diantaranya KH Nasir Zein, KH Yazid Romli, KH Nursasih, M Aru Syeif Assadullah dan lainnya.

Kyai Rasyid merupakan sosok ulama yang sangat peduli akan nasib bangsa ini, putera ulama besar almarhum KH Abdullah Syaffi itu selalu hadir dalam setiap masalah keumatan. “Kita harus punya perhatian terhadap kondisi bangsa, hal ini demi keadaan generasi anak cucu kita di masa yang akan datang,” jelasnya mengawali pertemuan tersebut.

Peduli kondisi negeri merupakan perintah Nabi. “Barangsiapa yang tidak peduli urusan kaum muslimin maka dia bukan termasuk golongan umat-Ku,” demikian Kyai Rasyid membacakan salah satu hadis.

Sikap peduli Kyai Rasyid tersebut diakui oleh sahabatnya KH Nasir Zein, Imam Jumat Kubro pada aksi 212 lalu itu mengungkapkan bahwa Kyai Rasyid selalu berinisiasi mengumpulkan ulama untuk kebaikan umat. “Mudah-mudahan perkumpulan ini menjadi penguat ukhuwah Islamiyyah dalam rangka Liilakalimatillah..” tuturnya.

Hal senada juga diungkapkan M Aru Syeif Assadullah, sahabat Kyai Rasyid sejak muda itu mengungkapkan bahwa di tempat inilah sejumlah peristiwa besar dimulai. “Rumah ini bersejarah, karena menjadi tempat kumpulnya para ulama dan aktivis sejak dahulu. Belum lama, disinilah majelis muzakarah para ulama untuk kepemimpinan DKI dimulai, bahkan imam Jumat 212 diusulkan dari sini,” ungkapnya.

Selanjutnya, pertemuan para ulama tersebut lebih banyak mendengarkan paparan dari Letjen TNI (Purn) Muhammad Yunus Yosfiah. Mantan Menteri Penerangan era Habibie itu mengungkapkan bahwa perkawanan dirinya dengan Kyai Rasyid sudah lama. Keduanya pernah menjadi Amirul Hajj pada tahun 1999.

Banyak cerita yang disampaikan Yunus dalam pertemuan tersebut, salah satunya terkait dengan kepemimpinan bangsa. Dan yang menarik, kisah pengalamannya bersama Prabowo Subianto saat menjadi pasukan Kopassus.

Kedekatan Yunus dan Prabowo memang sudah terjalin sejak tahun 1975 ketika keduanya bersama-sama dalam operasi pembebasan Timor Timur. Saat itu Yunus yang berpangkat Mayor Infanteri adalah komandan operasi, sementara Prabowo yang berpangkat kapten menjadi salah satu pasukannya.

Yunus pun bercerita saat bertugas bersama Prabowo dalam perang di Timor-Timur. Saat itu dia menjadi komandan Prabowo. Di saat-saat genting, Prabowo mampu memperlihatkan kemampuan. “Saya dua kali terkepung bersama-sama dan hanya dua satuan yaitu satuan saya dan pak Prabowo . Prabowo itu hebat dan jangan meragukan itu,” puji Yunus.

“Kenapa saya katakan hebat, disaat kondisi terkepung, dalam posisi yang tegang, lapar dan penuh kesabaran, Prabowo masih bisa mengambil keputusan-keputusan yang tepat dan cepat,” tambahnya.

Menurut Yunus, orang yang bisa bersikap tepat dalam kondisi perang adalah hebat. “Jadi jangan salah, karena kehebatannya itulah ia diambil mantu oleh Presiden Soeharto. Bukan gara-gara jadi mantu orang nomor satu lantas jadi hebat,” ungkapnya.

Meski telah berumur 74 tahun, Yunus terlihat semangat mengenang masa mudanya bersama Prabowo. Ia menambahkan, Prabowo adalah sosok yang mandiri dan ingin maju dengan hasil usaha sendiri. “Saya pernah tanya, kenapa setelah jadi mantu presiden masih mau melakukan operasi militer. Padahal ongkang-ongkang kaki saja di Jakarta kalau mantu presiden karir bisa melejit. Tapi ternyata Prabowo tidak, dia ingin karirnya berjalan sesuai jerih payahnya sendiri,” tuturnya.

Selain itu, Yunus juga membantah adanya isu-isu miring terhadap Prabowo. Seperti adanya tuduhan psikopat kepada Prabowo. “Kalau dia Psikopat, nggak mungkin lolos masuk akademi militer dan berkali-kali mampu melaksanakan tugasnya dengan baik,” kata pria yang pernah dijuluki ‘Macan Kopassus’ ini.

Termasuk yang terbaru tentang adanya informasi asing soal Indonesia yang diprediksi bubar pada tahun 2030. Kata Yunus, diungkapnya informasi tersebut bukan sikap pemisis Prabowo, melainkan upaya meningkatkan kewaspadaan agar masa depan Indonesia tidak sesuai yang diprediksikan tersebut.

Dan soal perekonomian, lanjut Yunus, ia juga punya cerita bagaimana Prabowo sejak muda sudah menggeluti bidang tersebut. “Pernah saat awal pemberangkatan operasi militer, saya lihat Prabowo membawa tas ransel paling besar diantara yang lain. Setelah saya cek ternyata ia membawa majalah ekonomi edisi setahun penuh. Bayangkan, anak muda usia 22 tahun mau perang bawa bacaan soal ekonomi, itulah Prabowo. Mungkin karena keturunan ayahnya almarhum Pak Soemitro yang menjadi seorang ekonom,” ungkapnya.

Tak terasa, waktu semakin sore. Meski Yunus masih semangat bercerita namun pertemuan tersebut harus diakhiri karena khawatir para ulama yang hadir punya agenda lainnya.

Akhirnya, pertemuan tersebut ditutup doa oleh KH Yazid Romli, ulama lulusan Al Azhar Kairo itu berharap acara silaturahmi itu dicatat sebagai amal soleh dan mengundang kebaikan dan keberkahan dari Allah subhana wa taala.

red: adhila

Artikel Terkait

Back to top button