Lantaran Ketiadaan Didikan Islam
Masih banyak bangsa kita yang berpendapatan dan menganggap bahwa agama Islam itu hanya mementingkan dan memerintah umat Islam mengerjakan sembahyang, puasa dan naik haji saja, serta membaca-baca Qur’an dengan tidak merngerti yang dibaca-baca itu.
Anggapan yang semacam inilah satu daripada sebab-sebab kemunduran Islam, karena dengan hal yang secara ini tampak, bahwa agama Islam itu amat gampang dan mudah serta tiada mengandung perngertian yang dalam, sebab hanya menghendaki sembahyang-sembahyang dan dzikir-dzikir saja.
Bertambah-tambah lagi rusaknya ruh Islam, apabila syiar agama yang suci dan mulia itu telah diliputi pula oleh didikan kebaratan yang tumbuh menjalar berurat berakar di diri murid sekolah Barat sekarang ini.
Tak sedikit diantarra murid-murid sekolah Barat yang memandang agama Islam itu hanya untuk orang-orang dahulu kala saja, sebab tak sesuai dan tak cocok dengan keadaan zaman sekarang. Yaitu zaman yang mereka katakana zaman kemajuan.
Timbulnya persangkaan ini tiada lain sebabnya ialah karena mereka dari kecilnya tak pernah mendapat didikan agama, tiada mengetahui peraturan-peraturan Islam. Sehingga gelap pemandangan mereka tentang agama mereka.
Apalagi sudah biasa mereka melihat ibu bapak dan orang-orang tua mereka mengerjakan perintah-perintah agama itu hanya dengan bacca-baca dan dengan turut-turutan saja.
Mereka yang telah kemasukan didikan Barat tentu tak dapat atau tak suka menerima pelajaran agama dengan turutan sebagai orang tua mereka itu.
Lantaran ketiadaan didikan Islam dan lantaran kebodohan ibu bapa, maka anak-anak mereka tiada menaruh perhatian atas agama mereka. Hilang ruh dan perasaan Keislaman dari dada mereka. Sehingga kadang-kadang sampai menimbulkan bibit kebencian kepada agama Islam. Yang akhirnya berani mereka mencela dan merendahkan agama yang dipeluk oleh ibu bapa dan orang-orang tua mereka itu.
Cobalah perhatikan, berapa banyaknya bangsa kita murid-murid sekolah Barat yang diperhamba oleh dunia kebaratan itu. Apa saja yang dibiasakan dan dikerjakan oleh orang Barat itu, semuanya dipandang baik dan tidak ada kecualinya. Sehingga berdansa, berpegang-pegang tangan serta berpakaian setengah telanjang itupun mendapatkan perhatian dan ditiru pula oleh bangsa kita yang gila dunia kebaratan itu.
Cara bergaul, cara berjalan-jalan, cara menerima tamu, cara bersalam-salaman, semuanya bersandar kepada kebaratan, menurut cara ke-Eropa-an, sehingga cara tertawa, menangis dll juga cara Barat.
Walaupun akan tertawa kucing di dapur, tersenyum tikus atas para, tidaklah sekali-kali jadi halangan bagi mereka hendak meniru-niru perbuatan serta adat dan kebiasaan orang Barat itu.
Keadaan yang seperti ini tentu akan berjalan terus menerus, apabila ibu dapa serta orang-orang tua anak-anak itu tidak mementingkan didikan Islam, tidak mengutamakan pelajaran agama. Apalagi sudah pernah pula kejadian, bangsa kita yang mendapat didikan Barat itu memandang rendah dan hina akan ibu bapaknya sendiri, hingga ada yang menyingkirkan diri, keluar dari pergaulan kaum kerabat, karena katanya mereka itu orang dusun, bodoh, tak layak bercampur gaul dengan dia, seorang yang berpengetahuan dan memakai adat istiadat cara Barat.