Lawan Islamofobia, Ormas Islam dan Tokoh Jabar Deklarasikan GAMMIS
Bandung (SI Online) – Sejumlah massa dari perwakilan ormas Islam dan elemen masyarakat menggelar aksi damai di depan Gedung Sate Jl. Diponegoro, Kota Bandung, Jumat (29/07/2022).
Aksi yang bertajuk “Gerakan Masyarakat Jawa Barat Melawan Gerakan Islamophobia” (GAMMIS) ini digelar dengan orasi oleh tokoh masyarakat serta perwakilan ormas Islam. Para peserta juga membentangkan sejumlah spanduk dan poster.
Ketua Presedium GAMMIS Ustaz Roinul Balad mengatakan, aksi tersebut digelar sebagai salah satu cara dalam merespon Gerakan anti Islamofobia khususnya di Indonesia. Ia mengatakan sebagai negara mayoritas yang penduduknya beragama Islam maka penguasa seharusnya mengedepankan nilai-nilai ketuhanan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan negara.
“Kalau kita telisik lebih dalam, Pancasila itu mengandung isi konsep Ketuhanan Yang Maha Esa dimana jika dikaji lebih dalam lagi maka semua itu berdasarkan syariat Islam, karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Maka wajar kalau di Indonesia ini kalau penguasanya beragama Islam, mesti dia mengedepankan nilai-nilai ketuhanan,” paparnya.
Ustaz Roinul juga menyebutkan bahwa saat ini banyak kelompok-kelompok anti Islam yang mencoba merorong stabilitas negara dan merusak keharmonisan kehidupan beragama. Ia juga mengklaim kelompok ini telah merangsek ke semua lini kehidupan di Indonesia.
“Kita bisa melihat faktanya, banyak kelompok yang mencoba-coba merusak stabilitas negara yang aman ini menjadi tidak karuan. Tentu saja kelompok ini bertebaran di mana-mana memasuki segala lini kehidupan mulai dari pendidikan, kebudayaan, perpolitikan, di masyarakat, semuanya masuk,” tambanya.
Selain itu, Ketua Dewan Da’wah Jabar ini juga berpendapat bahwa sudah sewajarnya umat Islam di Indonesia meminta keleluasan dalam menjalani syariat di tengah-tengah masyarakat.
“Padahal secara fakta umat Islam ini merupakan mayoritas. Maka wajar jika kita meminta diberikan keleluasaan dalam menjalankan syariatnya, tentu tanpa mendiskreditkan pemeluk agama lain,” tuturnya.
Lebih lanjut lagi, Ustaz Roin mengungkapkan kelompok-kelompok tersebut semakin berani menyatakan kebenciannya secara terbuka. Hal ini diperparah dengan sejumlah Undang-Undang dan peraturan yang dianggap “tebang pilih” dalam penerapannya.
“Nilai-nilai pancasila itu bersumber dari Islam, tapi fakta sebaliknya betapa kelompok-kelompok yang benci Islam ini menampakkan kebenciannya lebih berani dan lebih terbuka. Hal ini karena munculnya peraturan-peraturan tidak jelas yang kerap diterapkan kepada umat Islam,” jelasnya.
Ia juga menegaskan bahwa salah satu dasar dari aksi melawan gerakan anti Islam atau pembenci Islam ini adalah urgensi setiap muslimin di Indonesia untuk menjaga keislamannya dari pihak manapun.