Lebih Tinggi Mana, Ukhuwah Islamiyah atau Ukhuwah Wathaniyah?
Kenapa umat Islam Indonesia bahkan di dunia Arab seneng berpecah belah?
Menarik uraian Mohammad Natsir tentang hal ini. Ia menyatakan bahwa dalam Al-Qur’an lafaznya adalah innamal mu’ minuuna ikhwatun. Bukan innamal muslimuuna ikhwatun. Jadi yang benar-benar bisa bersaudara adalah orang mukmin, bukan orang muslim. Karena banyak orang Muslim yang abangan atau muslim KTP. Muslim tapi gak mengerti Islam, Muslim tapi nggak mengerti Al-Qur’an, bahkan nggak shalat lima waktu.
Jadi kalau muslim mau bersaudara, jadilah mukmin. Muslim yang benar-benar mengimani Allah dan Rasul-Nya. Muslim yang benar-benar mengimani Islam adalah agama yang paling mulia dan Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang memberikan solusi memecahkan problematika manusia, kini dan mendatang.
Kita ingat bagaimana kaum Muslim bersatu tahun 1945 dengan membentuk Partai Masyumi. Sayang persatuan itu hanya sekitar tujuh tahun, setelah tahun 1952 NU keluar karena masalah jabatan Menteri Agama.
Kini ormas-ormas Islam banyak berkurang ukhuwah Islamiyahnya. Yang dibesarkan atau didulukan adalah ukhuwah ormasiyah. Ormasnya lebih didulukan atau dipentingkan. Jadi bila ada Muslim yang bukan anggota ormas itu menderita, seringkali dicuekin. Ini bisa kita lihat misalnya kasus yang menimpa tokoh Islam Habib Rizieq dan FPI, minim dari tokoh-tokoh ormas Islam yang membela. Yang berdiri paling depan sekarang hanya tokoh tua Amien Rais dkk yang membelanya.
Jadi bila ukhuwah Islamiyah kita hilang dan menipis, jangan mimpi umat Islam Indonesia akan mengalami kejayaan. Apalagi banyak yang tidak sadar bahwa kaum Islamofobia memainkan politik belah bambu di negeri ini. Satu ormas dirangkul, diberikan jabatan/bantuan, satu ormas lain dicibir bahkan dibubarkan.
Kaum orientalis memang ingin memecah belah kaum Muslim di Indonesia. Saya ingat, bagaimana kedutaan Amerika setelah tragedi WTC melobi ormas Muhammadiyah untuk mengadakan diskusi tentang pengaruh tokoh-tokoh Arab dalam gerakan Islam di Indonesia. Mereka ingin memisahkan suku Arab dan umat Islam Indonesia. Maka saya tidak heran kemudian ada pembentukan Jaringan Islam Nusantara. Waktu itu saya kebetulan menjadi wartawan Majalah Tabligh Muhammadiyah, sehingga tahu hal ini.
Salah satu hal yang penting dalam sejarah Islam, kemenangan Rasulullah adalah karena persaudaraan yang akrab diantara suku-suku itu dalam membela Islam. Kaum Muhajirin dan Anshar bergandengan kuat melawan orang-orang kafir yang ingin menghancurkan Islam. Sadarkah kita?
Wallahu azizun hakim.
Nuim Hidayat
Penulis buku “Agar Batu Bata Menjadi Rumah yang Indah”.