SUARA PEMBACA

Maaf, Retorika Kegagalan Minus Solusi

Menjelang selesai (H-3) masa PPKM Darurat, Menko Marinvest Luhut Binsar Panjaitan meminta maaf kepada rakyat Indonesia karena penanganan Covid-19 di Indonesia, khususnya PPKM Darurat, belum optimal.

“Sebagai Koordinator PPKM Jawa dan Bali, dari lubuk hati yang paling dalam saya minta kepada seluruh rakyat Indonesia, jika dalam penanganan PPKM Jawa dan Bali ini belum optimal,” ujar Luhut dalam konferensi pers, Sabtu, 17 Juli 2021 (CNBCindonesia, 17/7/2021).

Kemudian, Luhut berjanji pemerintah akan bekerja keras untuk mengendalikan pandemi Covid-19 dalam PPKM Darurat. “Saya dengan jajaran akan terus bekerja keras untuk menurunkan varian delta ini dan menyalurkan seluruh bansos kepada masyarakat,” ujarnya.

Jejak digital tak bisa berdusta, pada awal-awal pandemi Covid-19 bertandang ke Indonesia Menko Maritim dan Investasi ini menyebut, isu wabah virus corona tidak terlalu berdampak ke Indonesia. “Wabah virus corona di beberapa negara ternyata tidak terlalu berdampak pada Indonesia secara signifikan. Terbukti penyelenggaraan dua event internasional yang bertemakan konser, tidak batal dan akan terus dilaksanakan,” katanya melalui akun sosial media Instagramnya @luhut.pandjaitan, Jumat (kompas.com,14/2/2020).

Kemudian dilansir Tempo.co (2/4/2020), Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pada sebuah konferensi video bahwa virus corona alias Covid-19 diperkirakan tidak kuat dengan cuaca panas Indonesia. “Dari hasil modelling, cuaca Indonesia di ekuator yang panas dan humidity tinggi maka untuk Covid-19 itu enggak kuat,”.

Mulutmu harimaumu, sangat tepat untuk menggambarkan keadaan ini. Kesombongan manusia tanpa dukungan argumen yang solid, bahkan tanpa ilmu telah mengantarkan Indonesia pada keadaan terpuruk dan terburuk dalam segala aspek. Nyawa rakyat melayang setiap harinya bak kacang goreng.

Sebagai informasi, kasus Covid-19 di Indonesia semakin meroket di tengah penerapan PPKM Darurat. Bahkan pasien positif bertambah lebih dari 57.000 dalam sehari. Selain itu, kasus kematian juga semakin meningkat dan kasus aktif juga naik.

Dengan arogan menteri Luhut justru menantang siapa saja yang menyangsikan jika keadaan kali ini tak terkendali. Luhut menampik berbagai anggapan yang menyebutkan kondisi pandemi di Tanah Air tidak terkendali.

“Jadi kalau ada yang berbicara bahwa tidak terkendali keadaannya, sangat-sangat terkendali. Jadi yang bicara tidak terkendali itu bisa datang ke saya. Nanti saya tunjukkan ke mukanya bahwa kita terkendali,” ujar Luhut dalam konferensi pers daring pada Senin, 12/7/2021. (kompas.com).

Wahai bapak yang terhormat, apakah jeritan rakyat yang kehabisan kamar rumah sakit, oksigen langka, obat-obatan tak semua penderita mendapatkan, bansospun tak rata diterima oleh setiap warga, bahkan kematian bertandang dalam sebuah keluarga secara berurutan tak anda dengar?

Dari lisan yang menyepelekan dampak wabah ini, terbuktilah secara nyata kegagalan penguasa dalam mengurus rakyatnya. Rusaknya sistem kesehatan di negeri ini tak bisa lagi ditolerir, sebab para tenaga kesehatan sebagai garda terdepan telah kehabisan tenaga dan pasukan. Merekalah yang paling rentan menerima dampak ini. Insentif macet, nyawapun melayang tak sedikit dari pihak tenaga kesehatan ini. Padahal merekalah tenaga ahli dalam kesehatan, ironi, mereka tak sejahtera pun tak dapat perhatian secara penuh.

Lantas, dalam keadaaan seperti ini, masihkah belum saatnya kita mengganti dengan sebuah aturan yang lebih baik? Lisan maaf yang akhirnya dikeluarkan Menteri Luhut hanya menunjukkan retorika kegagalan, namun minus solusi. Sebab yang dijanjikan hanya akan berusaha lebih keras menyelesaikan pandemi ini, ambigu sekali.

Rakyat yang sengsara dan lapar tak mungkin menunggu lebih lama kebijakan PPKM ini, di beberapa wilayah sudah tampak kesabaran rakyat telah habis. Yang seharusnya negara adalah tempat bersandar, kini hanya sekumpulan manusia yang ngoceh tak tentu arah. Menko Marinvest mengurusi urusan kesehatan, sedang menteri kesehatannya pun bukan dari kalangan kesehatan ini saja sudah cukup membingungkan.

Jabir ibn Samurah ra meriwayatkan, bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Menjelang kiamat, akan muncul para pendusta. Waspadalah terhadap mereka.” (HR. Muslim). Rasulullah sudah memperingatkan akan datangnya hari ini. Parahnya pendusta itu adalah penguasa yang seharusnya melayani umat.

Dalam Islam, kedudukan penguasa adalah sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah dalam hadis berikut: “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari). Fungsi dan kedudukan inilah yang hari ini tak ada, wajar, sebab negara kita tercinta ini telah menggambil arah pandang kehidupan sekuler atau pemisahan agama dari kehidupan.

Pemimpin dalam Islam, jika merujuk pada hadis di atas jelas mengarah pada sosok pemimpin yang takut kepada Allah dan Rasulnya, dengan keimanan penuh akan menjadikan syariat Allah sebagai pengganti UU buatan manusia. Perkataannya penuh dengan hujah yang kuat, menenangkan dan tidak bolak-balik merubah kebijakan. Sebab akan menimbulkan banyak konflik pada masyarakat, ia hanya fokus pada pelayanan kepada umat hingga masalah kelarapan, kesehatan berikut pandemi akan bisa diatasi. Wallahu a’lam bisshawaab.

Rut Sri Wahyuningsih, Institut Literasi dan Peradaban.

Artikel Terkait

Back to top button