SUARA PEMBACA

Makna Ganda Toleransi Merusak Hak Umat Beragama

Istilah toleransi dan intoleransi memang kerap bergulir ditengah masyarakat. Pasalnya makna toleransi seringkali digiring bahkan merujuk ke umat beragama tertentu. Anehnya sikap intoleran kerap melekat pada agama Islam yang dianggap sering mengkebiri hak umat agama lain.

Seperti berita yang terjadi di Pare-pare mengenai rencana Pembangunan sekolah Kristen Gamaliel, menurut berita yang beredar bahwa sekelompok umat Islam disana menolak didirikannya sekolah tersebut karena akan “merusak” toleransi umat beragama disana.

Hal ini mendapat respon dari Direktur Eksekutif Wahid Foundation Siti Kholisoh. Ia menilai aksi penolakan ini justru merusak makna toleransi yang menjadi semangat dari semboyan negara ini “Bhineka Tunggal Ika.” (Beritasatu.com, 29/9/2024)

Masih pada kasus yang sama di Bekasi juga terjadi, sebuah video yang viral menunjukkan wanita berkerudung marah-marah akibat merasa terganggu dengan aktifikat ibadah agama lain di dekat rumahnya. Hal ini mendapatkan respon langsung dari Pj Wali Kota Bekasi, R Gani Muhammad, juga dari Dirjen Bina Masyarakat Kemenag yang akan memberikan pencerahan kepada publik terkait pemahaman dan sikap toleransi (iNews.id, 26/9/2024).

Salah Paham dan Makna Ganda Toleransi

Bukan hal baru umat Islam sering dihadapkan dengan permasalahan intoleransi. Parahnya isu toleran ini sering disandingkan dengan umat Islam. Kasus di atas memang salah namun pihak yang paling bersalah disini adalah umat Islam dan pihak yang harus dipahamkan umat Islam saja.

Lantas bagaimana sikap penguasa harusnya mampu menempatkan posisi agar salah satu umat tidak tercederai makna toleransi? Benarkah cukup memberikan edukasi toleransi permasalahan ini akan berakhir?

Di sisi lain perilaku intoleran juga justru didapatkan umat Islam sendiri, seperti pelarangan hijab di Bali juga pada pasukan pengibar bendera putri Agustus lalu, meski akhirnya direvisi oleh BPIP sendiri. Pengrusakan masjid di Papua, belum lagi wilayah di Indonesia yang wilayahnya mayoritas non Muslim aktifitas umat Islam disana dibatasi seperti di Manado, Ambon, dll. Inilah pentingnya mendudukkan makna toleransi yang seperti apa diinginkan oleh Pemerintah?.

Ini terjadi karena definisi toleransi mengacu kepada definisi global. Bahwa toleransi adalah menyamaratakan dan menyatu dengan perbedaan tersebut. Sebagaimana negeri kita yang sangat toleran terhadap aktifitas perayaan ibadah lain bahkan begitu heboh menyambut kedatangan pemuka agama tertentu. Kurang apalagi toleransi di negeri kita?

Permasalahan toleransi ini menjadi pembahasan panas akibat dari ketidakmampuan negara dalam mem-back up kepentingan beragama rakyatnya. Negara justru tidak membuat regulasi hukum yang tegas terhadap pasal penghinaan terhadap Islam, penista Al-Qur’an juga Nabi, hingga membiarkan paham-paham sesat tumbuh subur di negeri mayoritas Islam ini.

Kita melihat saat ini umat Islam baik itu individu, sekolah dan organisasi yang taat syariat dan massif dalam mendakwahkan Islam selalu dikonotasikan negative bahkan di labelling radikal. Umat Islam dipaksa untuk bersikap toleran padahal negara juga butuh disadarkan makna toleransi yang benar itu seperti apa. Bukan menerima semua paham dan menyamaratakan semua agama. Sebab makna toleransi intinya adalah membiarkan orang dengan keyakinannya. Sebab syarat mutlak kebenaran kembali kepada agama. Bukan berdasarkan arti definitif buatan manusia terlebih mengacu kepada global yang hari ini tidak memiliki standarisasi mutlak terhadap sebuah kebenaran.

Toleransi dalam Islam

Islam memiliki definisi toleransi sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana dalam QS. Al Kafirun yang disana sangat jelas toleransi adalah kita tidak ada paksaan bahkan seharusnya menyembah apa yang umat lain sembah bahkan menjadikan agama adalah sebagai sesuatu yang sakral tiap umat beragama. Allah berfirman, “Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” (TQS. Al-Kafirun [109]: 6).

Ketiadaan negara yang menerapkan syariat Islam yang akan berperan sebagai junnah (perisai) menjadikan umat Islam menjadi sasaran musuh-musuh Islam. Umat Islam pun banyak yang tidak memahami tuntunan Islam ini. Oleh karena itu menjadi kebutuhan untuk menyadarkan umat akan kebutuhan tegaknya Khilafah sebagai perisai yang akan melindungi akidah dan menjaga agar syariat tetap terlaksana dalam kehidupan.

Lebih dari itu, untuk memahamkan umat dibutuhkan adanya kelompok dakwah ideologis yang akan terus menerus mengawal umat dan berjuang bersama institusi negara yang akan melindungi umat beragama. Teringat dahulu ketika Islam tegak di Madinah dibawah kepemimpinan Rasulullah Saw, umat Islam hidup berdampingan dengan Yahudi dan Nasrani dan tidak ada perdebatan sama sekali mengenai makna toleransi. Non Muslim tetap dengan keyakinannya tanpa adanya intervensi. Wallahu ‘alam bishawab.[]

Nurhayati, S.S.T., Aktivis Muslimah.

Artikel Terkait

Back to top button