Makna Rasulullah Saw adalah Rahmat bagi Semesta Alam
Rasulullah Muhammad Saw adalah rahmat bagi semesta alam. Termasuk bagi orang-orang kafir dan pelaku kemaksiatan. Mereka tidak diazab di dunia secara langsung, tetapi ditunda hingga di akhirat.
Diriwayatkan dari Aisyah, sesungguhnya dia bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, pernahkah engkau mengalami peristiwa yang lebih berat dari peristiwa Uhud? Nabi menjawab, “Aku telah mengalami berbagai penganiayaan dari kaumku. Tetapi penganiayaan terberat yang pernah aku rasakan ialah pada hari ‘Aqabah di mana aku datang dan berdakwah kepada Ibnu Abdi Yalail bin Abdi Kulal, tetapi mereka tidak merespon ajakanku. Maka aku pun pergi dengan penuh kegundahan di wajahku, lalu aku tersentak dan tersadar ketika sampai di Qarn Ats-Tsa’alib. Lalu aku angkat kepalaku, dan aku pandang dan tiba-tiba muncul Jibril memanggilku seraya berkata, “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan dan jawaban kaummu terhadapmu, dan Allah telah mengutus malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan sesukamu,” Nabi melanjutkan, “Kemudian malaikat penjaga gunung memanggilku dan mengucapkan salam kepadaku lalu berkata, “Wahai Muhammad! Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu. Aku adalah malaikat penjaga gunung, dan Rabb-mu telah mengutusku kepadamu untuk engkau perintahkan sesukamu, jika engkau suka, aku bisa membalikkan gunung Akhsyabin ini ke atas mereka. Nabi Saw menjawab, “Bahkan aku menginginkan semoga Allah berkenan mengeluarkan dari anak keturunan mereka generasi yang menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.”
Kisah yang disampaikan Rasulullah itu adalah peristiwa yang menimpa beliau di Thaif saat mencari dukungan bagi dakwah Islam (thalabun nushrah). Di Thaif beliau tidak mendapatkan apa yang diharapkan. Sebaliknya, orang-orang kafir itu mencaci maki dan bahkan melempari Rasulullah Saw dengan batu. Tubun Rasulullah bercucuran darah. Demikian pula dengan pembantu beliau, Zaid bin Haritsah
Hantaman fisik yang beliau terima dalam peristiwa ini cukup keras, namun hantaman psikis lebih parah dan lebih dahsyat. Sehingga beliau limbung dan terus memikirkannya sejak beliau keluar dari Thaif hingga tiba di Qarn Ats-Tsa’alib. Saat itu Rasulullah berdoa dengan doa yang sangat terkenal, yang menunjukkan duka dan lara yang memenuhi hati beliau, karena kerasnya siksaan yang beliau terima.
“Ya Allah, kepada-Mu juga aku mengadukan kelemahan kekuatanku, kekurangan siasatku dan kehinaanku di hadapan manusia. Wahai yang Paling Pengsih di antara pengasih, Engkau adalah Rabb orang-orang yang lemah, engkaulah Rabbku, kepada siapa hendak engkau serahkan diriku? Kepada orang jauh yang bermuka masam kepadaku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai urusanku?. Aku tidak peduli asalkan Engkau tidak murka kepadaku, sebab sungguh teramat luas afiat yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung dengan cahaya Wajah-Mu yang menyinari segala kegelapan dan karenanya urusan dunia dan akhirat menjadi baik, agar Engkau tidak menurunkan kemarahan-Mu kepadaku atau murka kepadaku. Engkaulah yang berhak menegurku hingga Engkau rida. Tidak ada daya dan kekuatan selain dengan-Mu”.
Doa dari orang termulia di dunia ini langsung dijawab Allah SWT dengan mengutus Malaikat Jibril. Jibril mengabarkan bahwa Allah Swt telah mengutus Malaikat penjaga gunung untuk melakukan apapun yang Rasulullah kehendaki. Kalaupun beliau mau agar sikap orang-orang kafir Thaif saat itu dibalas seketika, kontan, tentu sangat mudah bagi Rasul untuk melakukannya. Tapi ternyata sikap kasih sayang tetap mendominasi dalam diri Rasulullah Saw di tengah petaka yang baru saja beliau terima.
Inilah juga yang dapat dipahami dari ayat 107 dalam Surat al-Anbiya. “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni dalam kitab tafsirnya, Shafwatut Tafaasir, menafsirkan ayat diatas dengan kalimat, “Hai Muhammad, Kami tidak mengutus kamu, kecuali untuk merahmati makhluk seluruhnya.”
Guru Besar Fakultas Syariah dan Studi Islam Universitas King Abdul Azis Makkah, itu menjelaskan bahwa Muhammad adalah rahmat bagi semesta alam, bukan hanya bagi orang-orang mukmin, sebab Allah merahmati makhluk dengan mengutus Muhammad. Junjungan seluruh rasul, sebab beliau datang kepada mereka dengan keberuntungan yang besar dan keselamatan dan celaka yang besar. Dari tangan beliau, mereka memperoleh banyak kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat. Beliau mengajarkan mereka ilmu setelah mereka bodoh dan menunjukkan mereka setelah sesat. Maka beliau adalah rahmat bagi semesta alam, termasuk bagi orang-orang kafir. Mereka dirahmati berkat Muhammad, di mana siksa mereka ditunda dan Allah tidak memusnahkan mereka dengan siksa dunia, seperti siksa mengubah wajah, menenggelamkan ke dalam bumi dan tenggelam.
(Shodiq Ramadhan)