Manusia dan Al-Qur’an
Maka dalam sejarah Islam, perpustakaan menempati posisi terpenting dalam pembangunan kota. Di sekitar abad ke 8 sampai 15, satu kota saja di Baghdad dan Cordova terdapat lebih dari 30 perpustakaan. Perpustakaan itu dinamai Baitul Hikmah atau Baitul Ilm.
Intelektual dari Inggris, Ziauddin Sardar dan MW Davies dalam bukunya berjudul “Distorted Imagination” menggambarkan penerbitan buku di dunia Islam 10 abad silam, hampir setara dengan pencapaian peradaban Barat saat ini, baik secara kualitas maupun kuantitas.
“Hampir seribu tahun sebelum buku hadir di peradabann Barat, industri peradaban buku telah berkembang pesat di dunia Islam,” paparnya.
Sardar menyatakan bahwa di dunia Islam kali pertama perpustakaan umum berdiri. Perpustakaan Islam pula yang menjadikan perpustakaan sebagai tempat untuk meminjam buku. Tak Cuma sebattas itu, darul al-ilm (perpustakaan) pun menjadi tempat pertemuan dan diskusi. Perpustakaan di era kejayaan Islam juga menjadi sarana pertukaran ilmu antara guru dan murid. Di Baghdad saja saat itu, terdapat sekitar 36 perpustakaan umum, sebelum kota metropolis intelektual itu dihancurkan oleh tentara Mongol (Republika, 9 September 2008).
Kalau kita cermati, tulisan lebih mencerdaskan akal dari film atau tontonan. Ketika membaca akal kita mengimajinasikan sendiri kalimat-kalimat yang kita baca, sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan yang kita miliki. Sedangkan menonton, membatasi imajinasi kita sesuai dengan film yang kita tonton.
Memang tidak mudah membudayakan baca. Apalagi di era internet atau handphone sekarang. ‘Kebanyakan anak-anak muda’ lebih senang menonton Youtube daripada membaca buku. Maka bila mendidik anak, selain meneladankan dengan film-film yang bermanfaat, perlu juga mendekatkan mereka dengan bacaan-bacaan yang bermanfaat (sesuai dengan perkembangan usia mereka).
Tidak mudah memang mengubah dunia. Mengubah dunia mesti dimulai dari mengubah diri sendiri dulu. Bila ingin dunia tentram dan makmur, kita sendiri harus tentram dan makmur terlebih dahulu. Ibda’ binafsik, mulailah dirimu, begitu pesan Rasulullah. []
Nuim Hidayat, Direktur Forum Studi Sosial Politik.