MUHASABAH

Masjid Sumber Narasi Kebencian?

Pernyataan baru muncul lagi dari Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin terkait dengan perlunya pengawasan terhadap Masjid-masjid yang menebar kebencian dalam ceramah-ceramahnya. Orang nomor dua di negeri ini bahkan menghimbau pihak kepolisian dan pemerintah daerah untuk turun tangan memperingatkan langsung Masjid yang terpapar, agar aktif juga melakukan pengawasan sehingga tidak menebar caci maki maupun permusuhan di tengah masyarakat (m.cnnindonesia.com, 22/11/2019).

Rentetan upaya untuk menekan dakwah Islam terus menerus gencar disuarakan oleh pemerintah dan para pejabat negara. Seolah tak cukup dengan persekusi ulama, mencap radikal bendera tauhid dan khilafah, melarang cadar dan celana cingkrang masuk dalam ranah institusi pemerintah, kini Masjid-masjid yang mulia menjadi sasaran selanjutnya untuk dicurigai dan diawasi gerak-geriknya.

Narasinya sudah pasti tidak jauh-jauh dari terorisme dan radikalisme. Imbasnya tentu mengarah pada penceramah yang isi ceramahnya menurut pemerintah mengandung unsur sensitif, provokatif dan tidak sesuai dengan (pemerintah) nilai keindonesiaan.

Maka tidak heran jika penceramah yang lantang menyeru kebenaran seperti Ustadz Abdul Somad dipersoalkan ketika mengisi ceramah tentang integritas di Masjid institusi Komisi Pemberantasan Korupsi kemarin. Bahkan ketua KPK akan memeriksa pegawai yang mengundang UAS ceramah di Masjid tersebut (vivanews.com). Ini memang aneh menggelitik logika, entah apa yang merasuki nalar dan pikiran mereka.

Padahal kalau ditelisik kebelakang, siapa yang menebar kebencian dan teror sebenarnya? Bukankah ada Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang sudah terbukti nyata melakukan hal demikian? Bukankah selama ini pemerintah sendiri yang menggembar-gemborkan isu-isu teroris radikal kepada umat Islam yang buntutnya memecah belah masyarakat?

Seharusnya pernyataan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan turunannya fokus saja kepada masalah-masalah utama yang lebih urgent seperti pemberantasan korupsi dan perbaikan ekonomi yang buruk, supaya bisa memberi makan 22 juta penduduk yang masih kelaparan sebagaimana laporan terbaru dari Asian Development Bank (ADB).

Masjid yang merupakan simbol agung ajaran Islam, sentral aktifitas ibadah kaum Muslimin, diframing layaknya sarang ujaran kebencian, sumber kegaduhan radikal dan teroris yang tidak jelas pemaknaannya. Jadi yang dimaksud Masjid yang menyebar narasi kebencian, caci maki dan permusuhan itu seperti apa?

Bagi masyarakat awam, tentu ini akan berdampak pada penerimaan ajaran Islam, semangat untuk datang ke Masjid mendengar ceramah bisa menurun. Tanpa penjelasan dan pemberian pemahaman yang baik, pernyataan Kiyai Ma’ruf Amin justru terlihat menghalang-halangi dakwah Islam dan penyebarannya. Sungguh kondisi yang miris.

Peran Masjid dalam Sejarah Islam

Ketika peristiwa hijrah dari Mekkah ke Madinah, Rasulullah dan para sahabat langsung memfokuskan proyek utama pada saat itu untuk kemudian membangun Masjid, karena memang fungsi Masjid tak hanya digunakan untuk ibadah sholat dan mengaji, tetapi lebih daripada itu, ia meliputi seluruh urusan kaum Muslimin.

Pusat pendidikan dan pengajaran islam lahir dari Masjid, pembahasan penyelesaian urusan keumatan bertitik di masjid, diskusi politik, rancangan strategi perang juga dibicarakan di masjid. Tidak dapat dipungkiri bahwa Masjid menjadi benteng sekaligus markas persatuannya kaum Muslimin. Segala aktifitas baik dan ibadah di masjid malah berlipat-lipat pahalanya, sangat tidak mungkin caci maki, kebencian, dan permusuhan lahir di rumah-rumah Allah.

Karena memang Masjid adalah tempat yang suci. Sehingga darinya lahirlah peradaban kejayaan Islam di Daulah Islam Madinah, berlanjut setelah masa kenabian, yaitu era kekhilafahan yang berjalan menerangi peradaban dunia dengan kesejahteraan dan kedamaian hingga 1400 tahun lamanya.

Jadi mencurigai Masjid sebagai sumber penyebaran kebencian dan permusuhan adalah sebuah bentuk penghinaan terhadap simbol serta ajaran Islam. Lagipula mana ada ceramah di Masjid yang isinya berdasarkan dalil-dalil syar’i dikatakan dapat memecah belah umat, menimbulkan permusuhan? Ceramah yang mengganggu kepentingan penjahat-penjahat negeri mungkin iya. Dan pasti banyak yang terganggu, lalu tak tinggal diam saat diusik oleh kata-kata kebenaran dan keadilan dari Masjid yang agung.

Semoga mereka segera bertaubat dan kembali pada jalan Islam, mencintai ajaran Islam dan simbol atribut-atribut Islam, kemudian menerapkan aturan-aturan Islam dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Aamiin. Wallahu A’lam Bishshawaab

Muammar Iksan
Asal Bima, NTB. Pernah kuliah di Universitas Muslim Indonesia Makassar

Artikel Terkait

Back to top button