Mathla’ul Anwar Kutuk Penusukan Wiranto
Serang (SI Online) – Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Mathl’aul Anwar KH Ahmad Sadeli Karim menyampaikan keprihatinannya atas peristiwa penusukan yang dialami oleh Menko Polhukam Jenderal (Purn) H Wiranto pada Kamis 10 Oktober 2019 di Alun-alun Kecamatan Memes, Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.
“Mathla’ul Anwar mengutuk dan menyesalkan terjadinya penusukan kepada Menko Polhukam Jenderal (Purn) Dr. H. Wiranto,” kata Ketua Umum PB Mathla’ul Anwar KH Ahmad Sadeli Karim kepada wartawan di Serang, Banten, Ahad (13/10).
Apalagi, Wiranto juga merupakan Dewan Penasehat Pengurus Besar Mathta’ul Anwar (PBMA).
Mathla’ul Anwar, lanjut Sadeli, juga tidak membenarkan atas argumentasi apapun peristiwa penusukan tersebut yang juga dialami oleh warga Mathla’ul Anwar H Fuad Syauqi.
Mathla’ul Anwar mengaku tidak pernah mengajarkan radikalisme dan ekstrimisme. Organisasi Islam yang berpusat di Banten itu berkomitmen mengembangkan bidang pendidikan, dakwah dan bidang sosial.
“Kami Mathla’ul Anwar lebih khusus Universitas Mathlaul Anwar tidak pernah mengajarkan radikalisme dan ekstrimisme,” kata Sadeli didampingi Wakil Ketua Umum PB MA KH Zaenal Abidin Suja’i, Sekjen PB Ma Oke Setiadi yang dipandu wartawan senior Aat Surya Syafaat yang juga Ketua Bidang Humas PB Mathla’ul Anwar.
Sadeli Karim mengatakan, Mathla’ul Anwar juga tidak berafiliasi dengan partai politik manapun, tetapi membebaskan anggota dan pengurus masuk partai manapun sepanjang tidak membawa kepentingan partai politik ke dalam MA.
“Banyak pengurus MA yang juga anggota dan pengurus parpol tapi tidak membawa kepentingan parpol ke dalam MA,” kata mantan Anggota DPD RI itu.
Sadeli Karim menegaskan, ormas Islam yang dipimpinnya adalah mitra pemerintah serta menganut pada ajaran Islam Rahmatan Lil’alamiin atau rahmat bagi seluruh alam dan menganut faham ahlusunah waljamaah.
Selain itu, kata Sadeli, Math’laul Anwar juga merupakan ormas Islam terbesar ke tiga setelah NU dan Muhammadiyah.
Mathla’ul Anwar adalah organisasi keagamaan Islam yang didirikan di Menes pada tanggal 10 Syawwal 1334 H atau 9 Agustus 1916 M oleh sejumlah kyai dan tokoh masyarakat diantaranya yaitu: Kyai Moh. Tb. Soleh, Kiayi H. E. Moh Yasin, Kyai Tegal, Kyai H. Mas Abdurrahman, K.H. Abdul Mu’ti, K.H. Soleman Cibinglu, K.H. Daud, K.H. Rusydi, E. Danawi, K.H. Mustagfiri dan lain-lainnya dengan tujuan agar ajaran Islam menjadi dasar kehidupan bagi individu dan masyarakat.
sumber: ANTARA