SUARA PEMBACA

Media Kapitalis Memasifkan Kampanye Kaum LGBT

Deddy Corbuzier baru-baru ini jadi sorotan netizen Indonesia. Pasalnya ia mengundang pasangan gay yakni Rahil Mahardika dan Frederick Vollert dalam acara Podcastnya di YouTube.

Sontak saja netizen pun banyak memberikan kecaman pada konten Podcast tersebut. Banyak netizen yang mempermasalahkan judul dari Podcastnya yang menyematkan ajakan untuk menjadi penyuka sesama jenis dan jauh dari norma agama serta adat ketimuran.

Dikutip dari liputan6.com, akibat dari unggahan tersebut Senin kemarin (9/5/2022), tagar UnsubscribePodcastCorbuzier menempati posisi di Trending Topic Twitter Indonesia. Ada 8.246 tweets yang meminta Deddy menghapus video Podcastnya yang dikhawatirkan memberikan efek negatif pada masyarakat Indonesia.

Setelah menimbulkan kegaduhan, Deddy Corbuzier akhirnya meminta maaf dan menghapus rekaman video podcast di kanal YouTube milikinya. Ia mengatakan bahwa “dirinya tidak mendukung kegiatan LGBT. Dirinya hanya melihat mereka sebagai manusia. Dia berharap akan membuka fakta bahwa mereka ada disekitar kita dan dia pribadi merasa tidak berhak men-judge mereka,” ujarnya pada Selasa (10/5/2022) melalu akun Instagram pribadi.

Meski Deddy mengatakan ia tidak mendukung kaum LGBT, jika sekelas influencer atau media memberikan ruang aspirasi kepada mereka tentu saja hal ini dapat memberikan ruang eksis kaum LGBT untuk didengar dan diterima. Mungkin agak mengherankan ya, Deddy yang dikenal dengan jargon smart people yang biasa disampaikan dalam Podcastnya ternyata sama saja dengan media lain yang justru tidak mencerdaskan orang lain.

Adanya ruang eksistensi bagi kaum menyimpang ini di media sosial merupakan akibat paham liberalisme. Hampir di negara-negara seluruh dunia menerapkan sistem kapitalisme dimana liberalisme merupakan salah satu pemahaman yang lahir dari sistem tersebut. Bahkan lembaga-lembaga Internasional pun ikut menyerukan dunia untuk menerima eksistensi kaum LGBT atas nama Hak Asasi Manusia.

Hal ini pun juga berimbas pada media-media yang lahir dalam sistem liberalisme termasuk media massa maupun media sosial mereka. Tak heran banyak influencer maupun media akan dengan mudah memberikan panggung bagi kaum menyimpang ini demi pundi-pundi rupiah.

Jika dalam TV kita mengenal rating, dalam koran kita mengenal oplah, dalam media sosial kita mengenal like, comments dan viewers. Maka seideal apapun medianya, dia akan teraruskan oleh paham yang sedang menghegemoni masyarakat. media pun akan berlomba-lomba untuk mendapatkan ke-lakuan dengan ramainya viewers yang akan mengundang keuntungan besar bagi media tersebut.

Padahal eksistensi LGBT telah nyata mengancam kelestarian manusia bahkan akan menimbulkan berbagai penyakit seksual seperti HIV/AIDS. Penyakit menyimpang ini akan terus ada bila manusia tetap mengadopsi paham sekuler liberal, dimana agama dipisahkan dari kehidupan. Sehingga manusia hidup dan mengatur urusan dirinya dengan hawa nafsu.

Islam memandang bahwa perilaku LGBT merupakan perilaku menyimpang dan negara tidak boleh memberikan perlindungan terhadap perilaku tersebut. Islam telah menjelaskan bahwa penciptaan laki-laki dan perempuan adalah untuk melestarikan jenis. Maka hubungan biologis yang dibenarkan dalam Islam hanyalah ada pada pernikahan yang sah secara agama.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button