NASIONAL

Media yang Kritik BPIP akan Diratakan dengan Tanah, Sudirman Said: Kita dalam Bahaya Besar

Tegal (SI Online) – Menebar ancaman untuk melakukan kekerasan fisik merupakan indikasi rendahnya moral dan akhlak sang pengancam. Itu juga sangat bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, utamanya sila kelima.

Calon gubernur Jawa Tengah nomor urat 2 Sudirman Said mengungkapkan hal itu di Tegal, Jumat sore 01 Juni 2018.

Ungkapan Pak Dirman menanggapi pernyataan anggota DPRI dari Fraksi PDIP, Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul, yang menyatakan akan meratakan dengan tanah kantor media yang mengkritisi gaji pimpinan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

Menurut Pak Dirman, Pancasila yang menjadi ideologi negara mengajarkan musyawarah dan mufakat untuk menyelesaikan masalah. Bukan dengan kekerasan dan menebar-nebar ancaman.

“Apalagi jika ancaman itu diucapkan oleh seorang pemimpin. Pemimpin semestinya bisa bersikap bijak. Mencari solusi terbaik. Bukan malah memanasi orang-orang yang dipimpinnya,” jelas Pak Dirman.

Pak Dirman sangat menyesalkan ucapan seorang pemimpin yang bernada ancaman. “Mudah-mudahan itu bukan budaya di lingkungannya. Kalau itu merupakan budaya dan tata nilai yang diyakini, maka kita dalam bahaya besar,” imbuh dia.

“Pemimpin harus mampu menjadi teladan dalam kebaikan, pengetahuan, dan dalam akhlak dan moral,” terang Pak Dirman.

Lebih lanjut Pak Dirman menyampaikan, Negara tidak bisa diurus dengan menebarkan ancaman. “Itu sudah masa lalu. Di alam demokrasi semua harus saling menghargai,” ucapnya lagi.

Di alam demokrasi, para pihak memang berkewajiban melakukan cek dan ricek untuk menjaga keseimbangan. Sebagai pilar keempat demokrasi, pers memiliki fungsi penyeimbang, serta mengoreksi hal hal yang melanggar kepatutan.

“Pers kita butuhkan untuk menjaga kebebasannya agar masyarakat dapat terus berpijak pada kewajaran,” sambung Pak Dirman.

Pak Dirman berharap peritiwa yang dialami Harian Radar Bogor tak membuat insan media menjadi takut menyampaikan kritik dan kebenaran. Karena masyarakat butuh pers yang berani menyuarakan hati nurani mereka.

“Kalau pers menjadi takut menyampaikan kritik, itu tanda-tanda demokrasi kurang sehat. Demokrasi dalam bahaya,” pungkasnya.

red: shodiq ramadhan

Artikel Terkait

Back to top button