Membaca Diksi Para Petinggi Negeri
Tentu masih kuat dalam benak kita tentang sosok Vicky Prasetyo. Sosok kontroversi ini terkenal dengan diksinya yang tinggi dan terkesan cerdas. Hingga banyak mengundang perhatian infotainment pada masa itu.
Sepertinya gaya bahasa Vicky menginspirasi para petinggi negeri ini. Misal, ada istilah mudik dan pulang kampung ala Pak Presiden. Mudik itu dilarang, pulang kampung diizinkan. Jadi, mudik dan pulang kampung terkesan berbeda (tribunnews.com, 24/04/2020). Pusing kan?
Ada lagi diksi soal pembatalan haji 2020 oleh Menteri Agama. Staf ahli: Menag tidak membatalkan ibadah haji, tapi membatalkan keberangkatan jemaah haji (geloranews.com, 12/06/2020). Lengkap banget SPOK-nya.
Yang lagi ramai diperbincangkan, soal bayaran listrik yang menyengat. Kementerian BUMN mengatakan tarif listrik tetap, yang naik tagihannya (detik.com, 10/06/2020). Jadi pengen garuk kepala yang tak gatal deh.
Ternyata ada kelanjutan dari diksi para pejabat. Yang tentang mudik vs pulang kampung ala RI-1, diputuskan oleh Menhub bahwa sama saja antara mudik dan pulang kampung. Soal listrik, akhirnya PLN meminta maaf pada pelanggan. Soal pembatalan haji, kita tunggu ujungnya apa.
Belum lagi dengan yang aneh-aneh, seperti hidup berdamai dengan Corona. Atau Corona seperti istri. Padahal mau meminta rakyat keluar rumah, beraktivitas seperti biasa, demi berputarnya roda ekonomi, sementara penularan virus Corona masih tak terkendali. Sama halnya menjadikan rakyat sebagai umpan Corona.
Dan ketika kenormalan baru diberlakukan, meskipun belum senormal sebelum pandemi. Ternyata terjadi lonjakan kasus. Eh, malah diminta waspada lagi terhadap corona. “Jangan sampai ada gelombang kedua Covid”, ujar Jokowi (republika.co.id, 10/06/2020). Kan lucu.
Lihatlah bagaimana permainan diksi para pejabat negeri ini. Entah memang sebatas itukah taraf berpikirnya atau memang hendak menipu rakyat. Keduanya bisa menjadi jawaban.