Membangkitkan Peradaban Islam
Upaya menjauhkan umat dari keislamannya akan terus dilakukan para pengemban ideologi kufur. Berbagai pernyataan dilontarkan demi mengalihkan perhatian umat dari kebenaran yang hakiki. Bahkan bisa jadi muncul dalam bentuk kebijakan, sehingga mengikat gerak dan cara pandang masyarakat dalam menyelesaikan problematika kehidupan.
Sebagaimana disampaikan Wakil Presiden Ma’ruf Amin, “Cara berpikir konservatif menjadi salah satu penyebab mengapa negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim masih tergolong underdevelopment country dan mengalami ketertinggalan dalam ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya,” dikutip Antara, Jakarta, Ahad, 10 Mei 2020.
Ma’ruf Amin menilai cara berpikir tersebut semakin berkembang akhir-akhir ini. Khususnya ketika muncul kelompok-kelompok masyarakat yang berpikir bahwa kemurnian Islam harus dibangun dengan cara tekstualis. Kelompok konservatif tersebut, lanjutnya, biasanya menolak adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi karena dianggap tidak sesuai dengan pemahaman mereka terhadap ajaran Islam tekstual.
Padahal, kata dia, pemahaman secara tekstual dan konservatif itu tidak sesuai dengan salah satu sabda Nabi Muhammad. “Cara berpikir konservatif seperti itu menghambat dan kontraproduktif terhadap upaya membangun kembali peradaban Islam. Oleh karena itu, cara berpikir wasathi dapat menjadi pijakan kuat untuk kita membangun kembali peradaban Islam yang kuat,” katanya. (liputan6.com, 11/5/2020)
Ide Islam wasathi kembali dilontarkan oleh pengembannya. Hal ini dilakukan, agar umat terhalang dari arah pandangnya yang sahih. Mereka memberi gambaran baru tentang Islam yaitu wasathi, moderat, atau jalan tengah. Islam kekinian, yang dianggap bisa menjawab tantangan zaman. Sebaliknya bagi mereka, Islam ideologis dikatakan sebagai ajaran yang kuno dan konservatif.
Padahal semakin banyak campur tangan manusia dalam aturan Allah, bukannya memperbaiki malah semakin merusak kemurnian Islam itu sendiri. Pada akhirnya, umat akan terus berada dalam kubangan masalah, sebab menggunakan solusi campur-campur yang sarat dengan kepentingan banyak pihak. Hasilnya adalah solusi sesat di luar Islam yang sungguh tidak layak bagi umat yang menginginkan kebangkitan.
Islam Rahmatan lil Alamin
Jauh ratusan tahun yang silam, Islam berkelindan di seluruh lini kehidupan umat. Tidak hanya menghidupi surau, masjid dan musala, akan tetapi Islam terindera pada aspek ekonomi, aturan pemerintahan, persanksian, muamalah, pendidikan bahkan di seluruh benda dan buah karya yang dihasilkan dari ketakwaan pada Allah. Seluruhnya menampakkan keindahan ajaran Islam.
Kala itu, umat mengalami periode keemasan atau golden age. Pendar-pendar ketinggian peradaban, menyilaukan seluruh mata memandang. Laksana mentari, memalingkan wajah dunia, menjadikannya sebagai pusat perhatian. Seluruh sistem yang muncul darinya menampilkan kesempurnaan pada tatanan kehidupan masyarakat.
Fakta ini bertahan hingga berabad lamanya, serta menguasai wilayah yang sangat luas. Itulah sebuah masa tatkala Islam diterapkan kafah, di muka bumi. Islam sebagai ajaran yang sempurna dan menyeluruh, telah membuktikan bahwa pada rentang waktu yang panjang, ia menjadi rahmat bagi semesta alam.