IBRAH

Membangun Kehidupan Seimbang

Mengapa akar dan cabang sering digunakan sebagai simbol keutuhan? Karena keduanya menggambarkan bagaimana kehidupan yang seimbang hanya dapat tercapai melalui keselarasan antara keyakinan, usaha, dan tujuan.

Pertama, akar yang kuat melambangkan fondasi yang tidak terlihat tetapi menentukan seluruh kehidupan. Sebuah pohon besar tidak akan bisa berdiri tanpa akar yang kokoh. Begitu juga manusia, tanpa iman dan keyakinan, akan mudah goyah di tengah badai kehidupan.

Kedua, cabang melambangkan amal dan usaha yang terlihat. Cabang yang tumbuh dengan baik menunjukkan bahwa fondasinya sehat. Namun, jika cabang tumbuh tidak teratur, maka pohon itu akan mudah patah. Begitu juga amal manusia, hanya akan bernilai jika dilandasi dengan niat yang benar dan keyakinan yang kokoh.

Ketiga, hubungan antara akar dan cabang mencerminkan kesatuan antara keyakinan dan amal. Tanpa akar, cabang akan mati. Tanpa cabang, akar tidak bisa memberi manfaat. Hal ini mengajarkan bahwa iman dan amal adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.

Keseimbangan antara keyakinan dan amal ini adalah pelajaran berharga yang sering diabaikan. Banyak orang terlalu fokus pada ibadah individu tanpa memikirkan manfaat sosial, atau sebaliknya, sibuk dengan amal sosial tetapi lupa memperkuat hubungan pribadi dengan Allah.

Pohon yang baik menghasilkan buah yang bermanfaat, sebagaimana manusia yang beriman dan beramal saleh akan memberikan dampak positif bagi sekitarnya. Sebagaimana dalam QS. An-Nur ayat 35: “Allah (pemberi) cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang yang berkilau, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, yaitu pohon zaitun yang tidak tumbuh di timur (saja) dan tidak pula di barat (saja), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Ayat ini memberikan inspirasi bahwa menjadi manusia yang baik bukan hanya tentang manfaat yang terlihat, tetapi juga tentang bagaimana kita menjadi “cahaya” bagi dunia sekitar.

Manusia yang baik adalah mereka yang menjadi seperti pohon yang diberkahi, dengan akar yang kokoh pada keimanan, dan cabang yang menghasilkan amal kebaikan.

Dalam hidup, kita diajak untuk terus menyelaraskan keyakinan dan perbuatan agar menjadi individu yang utuh, bermanfaat, dan mendapatkan ridha Allah. Wallahu a’lam bish-shawab.[]

Elsa Ananta Subagja, Mahasiswi program studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button