DAERAH

Innalillahi, Pimpinan MTA Al Ustadz Ahmad Sukina Wafat

Surakarta (SI Online) Innalillahi wa innailaihi rajiuun. Ketua Umum Pimpinan Pusat Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA), Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina (73) meninggal dunia. Ustaz Sukina meninggal pada Kamis, 25 Februari 2021 pukul 03.47 WIB di RSDM dr Moewardi, Surakarta, Jawa Tengah.

Berdasarkan informasi, Ustaz Sukina akan dimakamkan pada Kamis (25/2) siang pukul 12.00 WIB di Pemakaman Muslim Kaliboto, Mojogedang, Karanganyar.

Sebelum dimakamkan, jenazah sang mubaligh itu akan dishalatkan di halaman Gedung Pusat Yayasan MTA di Jl Ronggowarsito 111A Surakarta. Kemudian, jenazah diberangkatkan ke Kaliboto, Karanganyar, dan sekali lagi akan dishalatkan di Lapangan Kaliboto.

“Seluruh acara akan dilaksanakan dengan mematuhi protokol kesehatan Covid-19,” bunyi pengumuman yang beredar di kalangan wartawan.

Menurut kabar, berdasarkan hasil swab PCR sebelum Ustaz Sukina dibawa ke Rumah Sakit, ia positif terinfeksi Covid-19.

Siapa Al-Ustadz Ahmad Sukina?

Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina lahir di Gawok, Sukoharjo pada 27 Oktober 1948. Ia merupakan anak dari pasangan Siti Sa’diyah dan Muhammad Bisri. Sebagai pegawai negeri sipil, orang tua Ahmad Sukina mendapat tugas untuk berdinas di luar kota dan akhirnya menetap di desa Pelok Sepur Kecamatan Ngrampal, Sragen.

Kedua orang tuanya yang dikenal sebagai aktivis Masyumi dan Muhammadiyah yang bergiat dalam dakwah Islam. Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina, juga belajar mengaji kepada kakeknya yang bernama Abdullah Manan, seorang aktivis Masyumi di Surakarta. Pendidikan dasar dan menengahnya diselesaikan di Surakarta. Cita-cita Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina sejak kecil ingin menjadi guru agama sepenuhnya mendapat dukungan dari kedua orang tua.

Meski tinggal di desa, hal ini tak menyurutkan nyali Ahmad Sukina untuk menamatkan pendidikan di jurusan Tarbiyah, Institut Agama Islam Muhammadiyah (IAIM) atau sekarang dikenal sebagai Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Di saat merasakan dunia perkuliahan inilah ia mulai aktif berorganisasi. Beberapa organisasi pergerakan mahasiswa yang ia ikuti seperti, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pelajar Islam Indonesia (PII), dan Ikatan Pemuda Muhammadiyah (IPM).

Selepas lulus dari bangku perguruan tinggi, ia kemudian menjadi pendidik di Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah Kartasura selama tujuh tahun. Selanjutnya ia berpindah tempat mengajar di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Kartasura, Sukoharjo dan mengajar pelajaran agama Islam. Di sekolah ini, ia sempat mendapat teguran keras dari kepala Departemen Agama (Depag) Sukoharjo. Akibat teguran keras ini Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina dilarang mengajar dan dipindah tugaskan ke bagian administrasi di kantor Depag Sukoharjo.

Oleh pihak SMPN 3 Kartasura, ia dianggap meresahkan karena tak mau berjabat tangan dengan siswa putri dan guru putri yang merupakan rekan kerjanya sesama guru. Menurut Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina, tidak berjabat tangan dengan lawan jenis merupakan implementasi dari hasil mengaji Tafsir Al Qur’an bersama (Alm.) Al Ustadz Abdullah Thufail Saputra sejak tahun 1974. Meski mendapat tentangan, ia tetap melanjutkan prisipnya tersebut.

Hingga pada tahun 1985 ia dipindahkan lagi untuk mengajar di Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo selama empat tahun. Selepas itu, ia dipindahkan lagi ke MAN Sukoharjo. Karena jaraknya yang dirasa terlalu jauh dengan Kota Solo, akhirnya ia memutuskan untuk berpindah tempat mengajar di SMA MTA Solo.

Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina bersama istri pertamanya, (alm.) Fathiyati Sukino, mulai berguru dengan Al Ustadz K.H. Abdullah Thufail Saputro sejak 1974. Pada saat itu Drs. Ahmad Sukina mengikuti pengajian rutin Tafsir Al Qur’an di daerah Kebonan Sriwedari, Solo. Sejak saat itu, Drs. Ahmad Sukina mengaku tidak pernah bolos dari pengajian dan jadwal khotbah yang dilaksanakan oleh Al Ustadz K.H. Abdullah Thufail Saputra.

Bahkan hingga pengajian selesai, Drs. Ahmad Sukina sering mengajak Al Ustadz K.H. Abdullah Thufail Saputro berbincang dan baru akan pulang ketika Al Ustadz K.H. Abdullah Thufail Saputro sudah beranjak pulang.

“Sampai akhirnya tanggal 14 September 1992 beliau wafat. Saat itu, saya menjadi salah satu orang yang mengurus jenazah beliau, sedangkan pada saat yang bersamaan sejumlah perwakilan MTA bermusyawarah memilih pengganti beliau,” jelas Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina seperti yang dikutip harian Joglosemar.

Beberapa tahun sebelum Ahmad Sukina bergabung dengan pengajian rutin Tafsir Al Qur’an di daerah Kebonan, Sriwedari, Solo, ia adalah pimpinan Persatuan Bela Diri tenaga dalam Barisan Syuhada Tega Pati. BS TePa, demikian aliran ini disebut, oleh Ahmad Sukina dibubarkan pada 14 Juli 1975.

red: a.syakira/Abdul Wahid/dbs

Artikel Terkait

Back to top button