NUIM HIDAYAT

Membangun Masyarakat atau Membangun Kelompok?

Banyak kelompok Islam yang ingin membangun masyarakat Islami atau negara Islami. Seperti Muhammadiyah, NU, Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, Persis, Hidayatullah, PKS, Partai Ummat dan lain-lain.

Tapi ada pula kelompok Islam yang ingin membangun kelompoknya saja. Banyak orang menyebutnya kelompok ‘Salafi’. Kelompok ini aktif dalam pengajian, halaqah dan lain-lain. Tapi sayangnya mereka abai terhadap masalah politik, ekonomi, sosial, budaya di masyarakat atau negara. Kelompok ini asyik dengan kajian ibadah mahdhah, Al-Qur’an, hadits dan lain-lain.

Karena kurang peduli pada kondisi masyarakat, maka mereka menyerahkan semua kondisi itu pada negara. Mereka sami’na wa atha’na pada pemerintah.

Sebagian kelompok ini mengikuti ijtihad sebagian ulama Saudi. Kondisi politik yang ketat di Saudi, menjadikan ulama di sana terkekang. Tidak berani kritis pada kerajaan. Mereka nurut pada raja. Karena sekali bersikap kritis, maka penjara taruhannya. Kebebasan berpendapat dan kebebasan akademik hampir tidak ada di sana. Hal itulah yang menyebabkan seorang mualaf ahli matematika dari Amerika, Prof Jeffry Lang kabur dari Saudi. Ia yang berencana tahunan belajar Islam di Saudi, balik ke negaranya setelah dua bulan di sana. Ia kecewa dengan ‘tidak adanya’ kebebasan akademik di sana.

Kelompok yang tidak peduli terhadap kondisi sosial masyarakat ini, tidak punya gambaran atau tujuan membentuk masyarakat Islam. Mereka asyik dengan kelompoknya. Yang dimasalahkan hanya seputar ibadah ritual, jenggot, gamis, bid’ah Sunnah dan semacamnya. Mereka tidak mempunyai alternatif untuk menampilkan politik Islam, sosial Islam, ekonomi Islam, budaya Islam dan lain-lain. Maka jangan heran kelompok ini mendapat dukungan kelompok atau pemerintah dalam negeri atau luar negeri yang sekuler.

Selain ‘salafi’, kita juga perlu melakukan studi kritis kepada kelompok NU Struktural. Kelompok ini juga akhir-akhir ini kelihatan lebih membangun kelompoknya daripada masyarakatnya. Mereka rela menghantam keras kelompok-kelompok Islam lain yang dianggap mereka tidak seide dengannya. Tapi sayangnya mereka dengan mesra berangkulan dengan kelompok non Islam yang membantu kelompoknya. Kelompok NU Struktural menghantam keras HTI dan FPI. Permusuhan kepada keduanya ‘melebihi’ permusuhannya kepada kaum Islamofobia.

Gerakan NU Struktural yang cenderung ‘ashabiyah’ ini menjadikan kelompok NU Kultural melakukan perlawanan. Pesantren Sidogiri, Gontor, NU Garis Lurus dan lain-lain adalah diantara kelompok yang berani mengoreksi penyimpangan NU Struktural.

Kelompok-kelompok yang ingin membangun masyarakat Islami, memang sering berbenturan dengan kebijakan pemerintah. Terutama kebijakan pemerintah yang berlawanan dengan Islam. Muhammadiyah, Dewan Da’wah, Persis, PKS, FPI, HTI, Hidayatullah dan lain-lain.

Makanya jangan heran kelompok-kelompok ini saat ini sering kritis kepada pemerintah. Karena pemerintah saat ini banyak melakukan kegiatan yang merugikan umat Islam. Seperti membatasi gerak dai-dai yang kritis kepada pemerintah, membubarkan ormas-ormas Islam, rakus terhadap harta rakyat, mendatangkan ribuan tenaga kasar dari China, menangkapi tokoh-tokoh Islam dan lain-lain.

Sikap pemerintah yang merugikan umat Islam ini rabun di mata tokoh-tokoh pro NU Struktural. Pemerintah ini Islami, kata Menag Yaqut. Pemerintah ini tidak memusuhi Islam, kata Menkopolhukam Mahfud MD. Mereka rabun terhadap kekurangan atau kezaliman yang dilakukan pemerintah. Hal ini mungkin karena mereka sedang terlena dengan jabatan dan fasilitas-fasilitas mewah yang diberikan pemerintah. Seperti dalam pepatah Jawa yang menyatakan bahwa banyak orang itu ‘mati’ ketika dipuji atau diberikan kemewahan duniawi.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button