SUARA PEMBACA

Membingkai Narasi Sesat Ala Media Sekular

“Hizbut Tahrir resmi dilarang di Indonesia, dalihnya bertentangan dengan dasar negara. Upaya hukum sudah dilakukan, pengadilan tingkat pertama telah memutuskan. Sebenarnya ini bukan keputusan langka, sejumlah negara sudah lebih dulu melarangnya.” (Narasi Najwa Shihab di Mata Najwa Trans7, 9/5/2018)

Lagi-lagi media sekular membingkai narasi sesat untuk memojokkan para pengemban dakwah Islam. Bukan hanya di Mata Najwa, BBC Indonesia, juga menulis judul “HTI dinyatakan ormas terlarang, pengadilan tolak gugatan” pada Senin, 7/5/2018. Pasca ditolak seluruhnya gugatan HTI di PTUN.

Framing sesat ala media sekular bahwa HTI organisas terlarang jelas bertentangan dengan fakta hukum yang ada. Menurut Prof. Yusril Ihza Mahendra sebagai kuasa hukum HTI, mengatakan jangan menganggap HTI sudah dilarang karena proses hukumnya masih berjalan.

Pernyataan Prof. Yusril Ihza Mahendra di Mata Najwa Trans7 tersebut, senada dengan Ahmad Khozinudin, S.H. dari Koalisi 1000 Advokat Bela Islam. Menurutnya HTI adalah organisasi sah dan legal, bukan organisasi terlarang, status BHP nya saja yang dicabut, dan terhadap pencabutan status BHP itu, HTI sedang melakukan upaya hukum banding. Dia juga menambahkan tidak ada satu pun amar putusan yang menyatakan HTI dibubarkan atau menyatakan HTI sebagai Organisasi Massa Terlarang (media umat.news, 8/5/2018).

Ya, media sekular membingkai narasi sesat lagi jahat tak berhenti hanya terhadap HTI saja. Tapi juga terhadap ajaran Islam yaitu Khilafah. Media sekular selalu mengidentikan khilafah mulai dari ISIS hingga paham sesat, yang selalu dibenturkan dengan Pancasila. Ajaran Islam yang mulia diframing menakutkan dan berpotensi meluluhlantakan Indonesia. Padahal sejatinya Khilafah adalah sistem unik dan khas yang dirancang oleh Zat Yang Maha Sempurna, Allah Ta’ala, Al-Khaliq Al-Muddabir.

Tak jauh beda terhadap para ulama, aktivis Islam dan umatnya. Menolak lupa, bagaimana habib kita tercinta, Habib Rizieq Shihab dipojokan, dihina dan di-bully di linimasa, akibat chat fake yang terbukti direkayasa oleh oknum yang kini tak bertanggung jawab.

FPI yang didirikannya pun tak luput menjadi korban narasi sesat ala media sekular. Kiprah FPI dalam beramar makruf nahiy mungkar, memberantas kemaksiatan di tempat-tempat hiburan malam dan memberantas peredaran miras. Diframing sebagai ormas yang radikal.

Fakta bahwa FPI telah lebih dulu memberikan surat peringatan dan teguran bahkan karena lambannya aparat bertindak, tak pernah di-blow up oleh media sekular. Disembunyikan bersama berita-berita bagaimana FPI peduli dan tanggap terhadap musibah atau pun bencana yang melanda Indonesia.

Narasi sesat menebar fitnah juga senantiasa dihembuskan oleh media sekular terkait radikalisme dan terorisme. Seperti yang terjadi di Mako Brimob, Selasa malam, 8/5/2018, kerusuhan yang terjadi diblow up media sekular seolah-olah terjadi aksi terorisme yang dilakukan para tahanan kasus terorisme.

Fakta yang terjadi kerusuhan dipicu oleh sikap tidak terima para narapidana terkait ketatnya prosedur pemeriksaan terhadap keluarga yang membesuk. Serta soal jatah makanan yang jauh dari kata layak bagi para narapidana (republika.co.id, 10/5/2018).

Narasi terorisme dan radikalisme selalu disematkan media sekular kepada Islam dan umatnya. Mirisnya narasi ini terus berulang dan digunakan untuk memojokan Islam. Seperti pagi ini, berita duka datang dari Surabaya, terjadi ledakan yang diduga bom di Gereja Santa Maria Tak Tercela, Surabaya. Kabid Humas Polda JatimKombes Pols Frans Barung menyebut ledakan di Gereja Santa Maria Tak Bercela di Surabaya, Jawa Timur, bom bunuh diri (kompas.com, 13/5/2015).

Belum diketahui siapa dalang dibalik pengeboman tersebut, tapi linimasa sudah diramaikan dengan duga-dugaan aksi terorisme. Bukti bahwa narasi sesat media sekular telah berhasil menyesatkan publik.

Tak sadar bahwa kegaduhan publik dapat digunakan rezim untuk segera menyelesaikan draf RUU Tindak Terorisme. Seperti yang diungkapkan Menkopolhukam Wiranto pasca kerusuhan di Mako Brimob. Wiranto menegaskan pemerintah berharap segera diselesaikan draf RUU Tindak Terorisme, melihat banyaknya ancaman yang muncul dari aksi terorisme (cnnindonesia.com, 10/5/2018).

Tak berhenti di situ saja, narasi sesat media sekular juga telah berhasil mengalihkan perhatian publik terhadap berita besar seperti naiknya nilai tukar dollar yang berimbas pada naiknya harga-harga kebutuhan pokok. Berita besar yang harusnya menjadi perhatian serius masyarakat menjadi seperti hilang ditelan berita isu terorisme yang dibesar-besarkan.

Benarlah apa yang dikatakan Noam Chomsky (seorang psikolog dan pengamat media sekular) bahwa media sekular menetapkan 10 strategi manipulasi terhadap publik. Salah satunya yaitu “Strategy of Distraction atau Strategi Gangguan”. Strategi gangguan inilah yang telah nyata mengorbankan umat, terutama umat Islam. Di mana media sekualar telah mengalihkan umat Islam dari berita yang besar diganggu dengan berita-berita kecil yang tidak penting namun disulap menjadi berita yang besar dan keberadaannya sangat penting. Manipulasi media sekular lewat narasi-narasi sesat ini telah menjadikan Islam dan umat sebagai tumbal.

Media dalam demokrasi menjadi pilar keempat setelah yudikatif, eksekutif dan legislatif. Media mengambil peran besar dalam menyokong eksistensi demokrasi. Sayangnya peran media yang lahir dari sistem demokrasi yang telah cacat dari lahir ini, disalahgunakan untuk memuluskan kepentingan politik pragmatis, serta mengorbankan Islam dan umatnya.

Membingkai narasi sesat ala media sekular senantiasa dihembuskan di tengah umat. Tujuannya tak lain untuk terus menjaga eksistensi Islamphobia, memecah belah umat dan menghadang arus opini syariah dan Khilafah yang kian tak terbendung.

Ya, media boleh membuat tipu daya terhadap Islam dan umatnya. Lupa bahwa Allahlah sebaik-baiknya pembuat tipu daya. “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (TQS. Ali Imran ayat 54).

Maka, tak ada pilihan lain selain terus melawan narasi sesat ala media sekular dengan terus melanjutkan perjuangan dakwah ini. Baik melalui lisan mau pun tulisan.

Berjuanglah dan berbanggalah para jurnalis Islam dan para penulis ideologis! Karena kiprahmu dirindu dan dinanti umat sebagai cahaya di tengah gelap gulitanya berita dunia yang dicekam wabah sekularisme yang menyesatkan. Wallahu’alam bishshawwab.

Ummu Naflah
Penulis Bela Islam, Member Akademi Menulis Kreatif

Back to top button