MAHASISWA

Menakar Arah Perjuangan Mahasiswa

Gelombang demonstrasi mahasiswa kian meluas. Rombongan mahasiswa secara serentak menggelar aksi unjuk rasa di sejumlah daerah di Indonesia sejak Senin (23/9). Mereka berbondong-bondong memprotes rencana pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan sejumlah rancangan undang-undang kontroversial.

Spanduk panjang yang memuat kalimat-kalimat protes dibentangkan. ‘Tolak semua UU yang anti-rakyat’, ‘Tolak RKHUP ngawur’, dan masih banyak lagi kalimat berapi-api yang mereka sematkan pada kain polos panjang itu. (cnnindonesia.com)

Bangkitnya mahasiswa Indonesia hari ini mengingatkan kita pada peristiwa di tahun 1998. Pada masa itu juga terjadi aksi perlawanan yang dimotori oleh mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia. Saat itu ribuan mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa di berbagai kota bahkan hingga menduduki Gedung Senayan. Aksi tersebut berhasil menggulingkan rezim Soeharto yang telah 32 tahun berkuasa sekaligus mewujudkan reformasi.

Pergerakan mahasiswa yang turut mengkritisi kondisi negeri merupakan salah satu hal yang patut kita syukuri. Sebab, mahasiswa yang notabene merupakan golongan pemuda sudah seharusnya menjadi motor penggerak perubahan. Namun demikian, semangat yang berkobar dalam diri mahasiswa ini harus dipantik dengan cara yang benar. Agar mahasiswa tidak terjebak dalam perjuangan yang pragmatis semata. Apatah lagi malah menimbulkan perpecahan antar sesama.

Lantas kemana seharusnya arah perjuangan mahasiswa?

Telah kita ketahui bersama, Indonesia telah berkali-kali berganti kepemimpinan. Namun, silih bergantinya pemimpin negeri nyatanya tidak dapat mewujudkan perubahan yang berarti. Sebelum terpilih, para calon pemimpin berjanji akan membawa rakyat Indonesia pada taraf kesejahteraan. Mewujudkan Indonesia yang tentram dan damai. Menyosialisasikan program kerja yang membuat rakyat terbuai dan percaya. Namun, setelah menjabat, mereka bahkan lupa siapa itu rakyat.

Dari fakta yang terjadi, kita bisa menyimpulkan bahwa pergantian pemimpin bukan solusi konkrit bagi negeri ini. Sebab, problem utama yang menjadi pangkal dari segala carut marut yang membelenggu Indonesia adalah penerapan sistem kapitalisme liberal yang merupakan impor dari Barat. Kapitalisme liberal yang berasaskan sekularisme, yakni pemisahan agama dari kehidupan membuat ajaran-ajaran Islam terpinggirkan. Islam yang sejatinya merupakan sebuah ideologi dengan sistem kehidupan yang sempurna, hanya dipandang sebagai agama yang mengajarkan nilai-nilai ritual dan kebaikan semata. Padahal Islam adalah diin yang sempurna dan paripurna. Seluruh sistem kehidupan manusia tercakup di dalamnya. Mulai dari pemerintahan, pendidikan, peradilan, politik, sosial, ekonomi, dan aspek kehidupan manusia lainnya.

Penerapan sistem Islam telah terbukti mampu mewujudkan kesejahteraan, ketentraman, juga kedamaian. Sejarah mencatat, Negara Islam mampu memimpin 2/3 dunia selama kurun waktu 13 abad. Sebuah prestasi yang belum pernah dicapai oleh negara adidaya manapun. Di masa itu, keadilan Islam tidak hanya dirasakan oleh kaum Muslimin saja, bahkan kaum kafir pun ikut mereguk manisnya.

Maka dapat kita simpulkan, bahwa perjuangan mahasiswa hari ini harus mengarah pada penerapan syariat Islam secara sempurna dengan tegaknya institusi kenegaraan yang menaunginya. Semangat dan visi inilah yang seharusnya menjadi pemantik serta ciri khas gerak perjuangan mahasiswa. Dengan visi inilah mahasiswa akan menghantarkan umat pada perubahan revolusioner yang meniscayakan kesejahteraan, ketentraman, dan kedamaian. Wallahu a’lam bishshawaab.

Agi Bella Vania
Penulis Bela Islam, member Akademi Menulis Kreatif, dan Pendidik Generasi.

Artikel Terkait

Back to top button