NUIM HIDAYAT

Menarik, Tafsir Hamka tentang Surah Al Ashr

وَالْعَصْرِۙ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ࣖ

“Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.” (QS. Al Ashr: 1-3)

Demi Masa (ayat 1)

Atau demi waktu Ashar, waktu petang hari seketika bayang-bayang badan sudah mulai lebih panjang daripada badan kita sendiri, sehingga masuklah waktu shalat Ashar.

Maka terdapatlah pada ayat yang pendek ini dua macam tafsir:

Syekh Muhammad Abduh menerangkan dalam Tafsir Juz Amma, bahwa telah jadi adat bagi bangsa Arab apabila hari telah sore, mereka duduk bercakap-cakap membicarakan soal-soal kehidupan dan cerita-cerita lain yang berkenaan dengan urusan sehari-hari. Karena banyak percakapan yang melantur, keraplah terjadi pertengkaran, menyakiti hati, sehingga menimbulkan permusuhan. Lalu ada orang yang mengutuki waktu Ashar (petang hari), dia mengatakan waktu Ashar itu waktu celaka, naas, banyak bahaya di dalamnya. Maka datanglah ayat ini memberi peringatan “Demi Ashar”, perhatikanlah waktu Ashar. Bukan waktu Ashar yang salah. Yang salah adalah manusia-manusia yang mempergunakan waktu itu dengan salah. Mempergunakannya untuk bercakap yang tidak jelas ujung pangkalnya, misalnya bermegah-megah dengan harta, memuji diri, merendahkan orang lain. Tentu orang yang dihinakan tiada terima, dan timbullah silang sengketa.

Lalu kamu salahkan waktu Ashar. Padahal kamulah yang salah. Padahal kalau percakapkan apa yang berfaedah, tidak menyinggung perasaan teman dudukmu, tentulah waktu Ashar itu akan membawa manfaat pula bagimu. Inilah satu tafsirnya.

Tafsir yang lain, Demi Masa.

Masa seluruhnya ini, waktu-waktu yang kita lalui dalam hidup kita, zaman demi zaman, masa demi masa, dalam Bahasa Arab disebut Ashr juga. Seperti masa Indonesia dijajah Belanda disebut Ashru Isti’maril Holandy, masa penjajahan Jepang disebut Ashru Isti’maril Yobany, masa Revolusi Besar Indonesia disebut Ashru Ats Tsaurati Indonesial Kubra dan zaman kemerdekaan disebut Ashru Istiqlal dan sebagainya.

Berputarlah dunia ini dan berbagai masa dilaluinya, suka dan duka. Naik dan turun, masa muda dan masa tua. Ada masa hidup, kemudian mati, dan tinggallah kenang-kenangan ke masa lalu.

Diambil Allah masa menjadi sumpah atau menjadi sesuatu yang mesti diingat-ingati. Kita hidup di dunia ini adalah melalui masa. Setelah itu kitapun akan pergi. Dan apabila kita telah pergi (mati), habislah masa yang kita pakai dan tidaklah dapat diulang lagi, dan masa itu akan terus dipakai oleh manusia yang tinggal, silih berganti, ada yang datang dan ada yang pergi.

Diperingatkanlah masa itu kepada kita dengan sumpah, agar ia jangan disia-siakan, jangan diabaikan. Sejarah kemanusiaan ditentukan oleh edaran masa.

Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian (ayat 2)

Di dalam masa yang dilalui itu nyatalah bahwa manusia hanya rugi selalu. Dalam hidup melalui masa itu tidak ada keuntungan sama sekali. Hanya rugi jua yang didapati. Sehari mulai lahir ke dunia, di hari itu juga usia sudah kurang satu hari. Setiap hari dilalui, sampai hitungan bulan dan tahun, dari muda ke tua, hanya kerugian jua yang dihadapi.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

BACA JUGA
Close
Back to top button