NUIM HIDAYAT

Menarik, Tafsir Hamka tentang Surat Al Ashr

Di waktu kecil senanglah badan dalam pengakuan ibu, itu pun rugi karena belum merasai arti hidup. Setelah mulai dewasa bolehlah berdiri sendiri, beristri atau bersuami. Sebab hidup mulai bergantung kepada tenaga dan kegiatan sendiri, tidak lagi ditanggung orang lain.

Sampai kepada kepuasan bersetubuh suami istri yang berlaku dalam beberapa menit, untuk membuahkan anak yang akan dididik dan diasuh, menjadi tanggungjawab sampai ke sekolahnya dan perguruannya selama bertahun-tahun.

Di waktu badan masih muda dan gagah perkasa, harapan masih banyak. Tetapi bilamana usia mulai lanjut, barulah kita Insaf bahwa tidaklah semua yang kita angankan di waktu muda telah tercapai.

Banyak pengalaman di masa muda telah menjadi kekayaan jiwa setelah tua. Kita berkata dalam hati supaya bekerja begini, jangan ditempuh jalan ini itu, begini mengurusnya, begitu melakukannya, tetapi kita tidak ada tenaga lagi buat mengerjakannya sendiri. Setinggi-tingginya hanyalah menceritakan pengalaman itu kepada yang muda. Pengalaman itu mahal sekali.

Sesudah itu kita bertambah ‘nyanyuk’, bertambah sepi, bahkan kadang-kadang bertambah menjadi beban buat anak cucu. Sesudah itu kita pun mati.

Itu juga kalau umur Panjang. Kalau usia pendek, kerugian bisa lebih besar lagi. Belum ada amal apa-apa kita pun sudah pergi.

Kerugian seluruh masa hidup itu. Kerugian!

Kecuali orang yang beriman. (pangkal ayat 3)

Yang tidak akan merasakan kerugian dalam masa hanyalah orang-orang beriman. Orang-orang yang mempunyai kepercayaan bahwa hidupnya ini adalah atas kehendak Allah Yang Maha Kuasa. Manusia dating ke dunia sementara waktu, namun masa yang sementara itu dapat diisi dengan baik karena ada kepercayaan, ada tempat berlindung. Iman menyebabkan manusia Insaf dari mana datangnya. Iman menimbulkan keinsafan tentang guna kehidupan ini, yaitu untuk berbakti kepada Sang Maha Pencipta, dan berbagi kebaikan kepada sesama manusia. Iman menimbulkan keyakinan bahwasanya sesudah hidup yang sekarang ini ada lagi hidup yang lain, itulah hidup sebenarnya, hjdup yang baqa. Di sana kelak segala sesuatu yang kita lakukan selama masa hidup di dunia ini akan diberi nilai oleh Allah.

“Dan beramal yang saleh” bekerja yang baik dan berfaedah. Sebab hidup itu adalah suatu kenyataan, mati pun kenyataan pula dan manusia yang di sekeliling kita pun suatu kenyataan. Yang baik terpuji di sini, yang buruk merugikana diri sendiri dan merugikan orang lain. Sinar iman yang telah tumbuh dalam jiwa dan telah menjadi keyakinan, dengan sendirinya menimbulkan perbuatan yang baik. Dalam kandungan perut ibu tubuh kita bergerak. Untuk lahir ke dunia kita pun bergerak. Maka hidup itu sendiri pun adalah gerak. Gerak itu adalah gerak maju. Berhenti sama dengan mati. Mengapa kita akan berdiam diri? Mengapa kita akan menganggur? Tabiat tubuh kita sendiri adalah bergerak dan bekerja. Kerja hanyalah satu dari dua, kerja baik atau kerja jahat. Setelah kita meninggalkan dunia ini, kita menghadapi dua kenyataan: kenang-kenangan orang yang tinggal dan Kembali ke hadirat Allah.

Kalau kita beramal saleh di masa hidup, namun setelah mati kenangan kita akan tetap hidup berlama masa. Kadang-kadang kenangan itu hidup lebih lama daripada masa hidup jasmani kita sendiri. Dan sebagai mukmin kita percaya bahwa di sisi Allah amalan yang kita tinggalkan itulah kekayaan yang akan kita hadapkan ke hadirat Ilahi. Sebab itu tidaklah rugi masa hidup kita.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button