Menbud Fadli Zon: Jangan Sampai Kerasukan Budaya Orang Lain
Lombok Utara (SI Online) – Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengingatkan, agar masyarakat tidak kerasukan budaya asing yang datang dari luar negeri karena bisa mengikis tradisi dan nilai-nilai budaya lokal yang tertanam, seperti gotong royong, sopan santun, maupun adat istiadat.
“Kita boleh saja mengapresiasi budaya dari luar tapi yang paling penting kita harus apresiasi budaya kita sendiri. Jadi, jangan sampai kita kerasukan budaya orang lain,” ujarnya saat kegiatan peresmian Museum Desa Genggelang di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Senin (06/01/2025) seperti dilansir ANTARA.
Budaya luar yang terlalu mendominasi dapat menyebabkan gaya hidup konsumtif dan individualistik yang kurang sesuai dengan norma-norma lokal. Bahkan, pengaruh budaya luar dapat memperlebar kesenjangan sosial karena masyarakat terpengaruh terhadap tren berbusana maupun gawai.
Kementerian Kebudayaan berupaya memperbanyak jumlah museum dari sekarang hanya 500-an museum menjadi ribuan museum dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Langkah itu dilakukan agar masyarakat lebih mengenal budaya dan sejarah mereka, sehingga berujung apresiasi terhadap budaya sendiri.
“Kita harus kerasukan budaya Indonesia…, karena kalau bukan kita yang menghargai budaya kita lantas siapa lagi yang mau menghargai?” kata Menteri Fadli.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa pembentukan Kementerian Kebudayaan yang dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto adalah bentuk kepedulian pemerintah pusat terhadap aspek kebudayaan.
Komitmen melindung kebudayaan lokal dari gempuran budaya asing perlu disambut dengan semangat untuk memajukan kebudayaan nasional Indonesia.
“Mudah-mudahan bisa berkesinambungan menjadi jembatan yang menghubungkan kita dengan sejarah, budaya, dan identitas bangsa kita,” ujar Fadli.
Kepala Museum Negeri Nusa Tenggara Barat (NTB) Ahmad Nuralam menuturkan salah satu cara melindungi masyarakat dari gempuran budaya asing adalah melalui museum.
Menurut dia museum bukan sekadar sarana untuk menyimpan benda-benda bersejarah, tetapi juga benteng budaya dalam menjaga keutuhan identitas suatu bangsa dari gempuran pengaruh budaya asing.[]