MUHASABAH

Mendambakan Pemimpin Beretika

Kriteria yang pertama ini dapat dikatakan pemimpin yang memiliki cara pandang hidup dan kehidupan yang berbeda, dengan cara pandang yang dianut oleh materialisme. Paham yang memandang fenomena alam raya yang maha luas ini semata-mata dalam bentuk fisik material.

Juga berbeda dengan cara pandang sekularisme yang menafikan peran agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekularisme yang lahir dari tanah kelahirannya di Barat yang memisahkan agama dari negara, dan gereja dari politik.

Pemimpin yang diharapkan adalah pemimpin Muslim yang berpaham memadukan antara nilai spiritual dan nilai material dalam membangun bangsa dan negara. Bukan pemimpin yang berideologi sekuler liberal dan materialsme komunisme.

Kriteria yang kedua adalah pemimpin yang berjiwa mu’allim dan muaddib, pendidik dan guru yang memberikan teladan serta mempunyai visi jauh kedepan.

Kriteria yang ketiga adalah pemimpin yang berakhlak mulia, bermoral tinggi dan menjunjung tinggi nilai-nilai ilahiyah. Pemimpin yang mampu menyucikan jiwa dan raga, mencerdaskan akal dan hati. Pemimpin yang selalu menjaga dan melindungi umat dari segala upaya pengrusakan terhadap akidah dan akhlak bangsa.

Doa Nabi Ibrahim ini dikabulkan oleh Allah dengan diutusnya Rasulullah Saw sebagaimana terungkap dalam QS. Al-Jumu’ah (62): 2.

Bahwa Muhammad Saw bukan saja pemimpin bangsa Arab sebagaimana yang dituduhkan oleh kaum liberal, sekuler. Beliau adalah Sayyidul Anbiya’ wal Mursaliin, pemimpin dunia seluruhnya: Katakanlah, wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku adalah Rasul utusan Allah untukmu semua. (QS. Al-A’raf《7》: 158).

Bahwa Rasul Utusan Allah ini bukan hanya pemimpin spiritual sebagaimana anggapan kaum orientalis. Namun Rasulullah Saw adalah pemimpin paripurna, pemimpin dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Baik sosial, ekonomi, politik, militer, pemerintahan dan lain sebagainya.

Beliau adalah panglima perang, komandan tempur, imam tentara dan imam shalat. Beliau adalah hakim agung yang adil dan bijak, juga diplomat ulung. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang kepala negara dan juga kepala rumahtangga yang patut menjadi suri teladan.

Tiga kriteria pemimpin idaman Ibrahim a.s ini dikoreksi oleh Allah dengan merubah urutannya. Menempatkan tazkiyatun-nafs (penyucian jiwa), akhlak, etika dan moral pada urutan yang kedua. (QS. 62 : 2)

Seakan mengingatkan kepada kita bahwa orang-orang pandai di akhir zaman nanti sangatlah banyak. Ilmunya setinggi langit, titel dan gelarnya sederet, tetapi nihil iman dan moral. Tak ada rasa malu jika berbuat dosa dan kesalahan. Tak ada rasa penyesalan bila bertindak melawan hukum dan melanggar tatakrama.

Rasulullah Saw bersabda: “Rasa malu dan iman berada dalam satu wadah, jika salah satunya tercabut maka tercabutlah semuanya.” (HR.Baihaqi, Shahih al-Jami’ No..1603.)

Orang yang kehilangan rasa malu (al-haya‘) akan berani berbuat apa saja diluar kendali akal sehat. Karena itulah Rasulullah Saw dengan tegas mengatakan: Jika hilang rasa malu pada dirimu silahkan berbuatlah semaumu (HR. Bukhari, al-Adabul Mufrad No.1316)

Inilah tiga kriteria utama pemimpin dambaan masa depan. Yang diharapkan mampu mengemban misi, membangun peradaban dunia yang lebih baik.

Dialah Allah yang mengutus di kalangan ummiyin seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, (1) yang membacakan ayat-ayat-Nya, (2) dan menyucikan mereka, (3) dan mengajarkan kepada mereka Al-Qur’an dan As-Sunnah. (QS.62:2). Wallahu a’lam bish-shawaab.


Muhammad Abbas Aula

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button