Mendidik Anak untuk Dunia dan Akhirat, Bukan Pilih Salah Satu

“Anak adalah amanah. Hatinya bersih, seperti permata berharga yang belum dibentuk. Jika dibiasakan pada kebaikan, maka ia akan tumbuh dalam kebaikan dan bahagia di dunia dan akhirat.”
Anak yang terbiasa salat, berdoa, mengaji, jujur, dan memiliki empati adalah aset tak ternilai bagi keluarga dan masyarakat.
Di era digital, tekanan untuk sukses duniawi sangat tinggi. Orang tua tergoda menjejalkan kursus, lomba, dan target akademik sejak dini. Tapi berapa banyak anak-anak yang akhirnya lelah, kering spiritualitasnya, bahkan menjauh dari agama?
Sebaliknya, ada pula orang tua yang terlalu fokus pada kegiatan keagamaan tanpa memperhatikan kebutuhan intelektual dan sosial anak. Hasilnya, anak menjadi kesulitan beradaptasi dengan dunia nyata, merasa asing dalam pergaulan, atau minder dalam berkarya.
Yang dibutuhkan hari ini bukan dikotomi, tapi integrasi. Pendidikan berbasis tauhid yang membimbing anak mengenal Allah sambil membekali mereka menjadi problem solver dunia modern.
Rasulullah Saw pernah bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Orang tua adalah pemimpin pendidikan anak. Mereka harus memiliki visi jangka panjang: ingin anak menjadi siapa di dunia, dan menjadi siapa di akhirat. Apakah ia hanya akan dikenang sebagai pekerja sukses, atau juga sebagai hamba Allah yang taat dan bermanfaat.
Ingatlah bahwa kesuksesan akhirat lebih abadi. Namun jalan menuju ke sana juga membutuhkan kompetensi duniawi. Bayangkan anak yang saleh, cerdas, bisa menulis, berbicara, dan memimpin masyarakat itulah pemimpin masa depan yang ideal.
Mendidik anak untuk dunia dan akhirat bukan tugas mudah, tapi juga bukan hal mustahil. Ibarat burung yang terbang dengan dua sayap sayap dunia dan sayap akhirat anak kita butuh keduanya agar terbang tinggi dan lurus menuju ridha Allah.
Maka mari kita perbaiki paradigma. Sukses dunia tidak harus mengorbankan akhirat, dan jalan ke akhirat bisa ditempuh lewat kerja dan karya di dunia. Pendidikan Islam adalah pendidikan holistik yang menghidupkan akal dan menyuburkan hati.
Semoga generasi kita menjadi generasi rabbani: berpijak di bumi, tapi hatinya tertambat ke langit.[]
Fakhurrazi Alkadrie., S.HI., M.Pd., Penyuluh Agama Islam Kemenag Kota Pontianak.