Mendudukkan Kembali Toleransi Umat Beragama
Ada Rambu-rambunya
Hanya saja dalam bertoleransi ada rambu-rambu yang harus dipatuhi. Umat Islam tidak boleh ikut ‘menceburkan diri’ dalam agama dan akidah mereka. Kalau ikut cawe-cawe itu namanya ‘toleransi kebablasan’.
Mengapa demikian? Karena umat Nasrani merayakan hari lahirnya nabi Isa a.s itu sebagai tuhan. Jadi kalau kita ikut-ikutan natalan atau mengucapkan Selamat Hari Natal itu sama saja menyetujui mereka dalam menuhankan nabi Isa sebagai tuhan. Subhanallah.
Dan karena salah satu faktor ini MUI sejak 1981 telah menfatwakan ‘haramnya natalan bersama’ bagi umat Islam. Fatwa ini ditandatangani oleh KH. M. Syukri Ghozali sebagai Ketua Komisi; dan Drs. H. Mas’udi sebagai sekretaris.
Baca dan renungkan ayat Al-Qur’an dibawah ini:
مَا الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُۗ وَاُمُّهٗ صِدِّيْقَةٌۗ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَۗ اُنْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الْاٰيٰتِ ثُمَّ انْظُرْ اَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ ٧٥
“Almasih putra Maryam hanyalah seorang rasul. Sebelumnya pun sudah berlalu beberapa rasul. Ibunya adalah seorang yang berpegang teguh pada kebenaran. Keduanya makan (seperti halnya manusia biasa). Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) kepada mereka (Ahlulkitab), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka dipalingkan (dari kebenaran). (Q.S. Al-Maidah: 75).
Itulah perbedaan keimanan antara Islam dan Nasrani. Semoga saudara-daudara kita Nasrani memakluminya.
Lebih jauh kalau kita baca Surat Maryam ayat 30 disitu diterangkan bahwa Isa as.mengatakan bahwa dirinya adalah seorang hamba Allah dan Nabi utusan Allah, bukan sebagai tuhan.
قَالَ إِنِّى عَبْدُ ٱللَّهِ ءَاتَىٰنِىَ ٱلْكِتَٰبَ وَجَعَلَنِى نَبِيًّا
“Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Q.S. Maryam : 30).
Itulah dasar keimanan umat Islam bahwa nabi Isa a.s. itu seorang hamba Allah dan ditugasi sebagai nabi dan Rasulullah.