Mengajar Nulis
Mengajar nulis mahasiswa lebih enak. Nyambung. Mereka lebih mudah diajak mikir dan diberi motivasi.
Kemarin saya mulai mengajar menulis atau mengarang untuk mahasiswa Akademi Dakwah Indonesia Depok. Muridnya hanya 11 orang. Tapi mereka sangat antusias kelihatannya.
Pelajaran menulis ini menyatu dalam pelajaran bahasa Indonesia.
Pertama tama saya menyampaikan tentang penulisan berita atau reportase. Ini adalah dasar menulis yang pertama bagi wartawan. Siapa yang bisa menulis berita dengan bagus, maka ia akan menulis artikel lain dengan bagus pula.
Media media ternama sangat mengandalkan reporter. Reporter yang bagus akan membuat media itu banyak diminati masyarakat. Reportase yang jelek bisa membuat media itu ambruk.
Terus apa yang dimaksud dengan berita? Fakta atau peristiwa yang disiarkan ke publik. Bila tidak disiarkan, maka itu hanya menjadi pengetahuan pribadi. Disiarkan lewat apa? Bisa lewat media cetak, media audio, video atau internet.
Media cetak kini masih ada pembacanya. Meski telah menurun drastis. Kompas atau Jawa Pos yang pernah memiliki Tiras 500 ribu per hari, mungkin kini tinggal puluhan ribu saja. Majalah mingguan internasional Newsweek yang oplahnya lebih dari tiga juta per minggu kini gulung tikar. Majalah Time juga kini jarang muncul di tanah air.
Media massa kini banyak berguguran. Internet menggulung semuanya. Majalah majalah Islam juga berguguran. Dulu ada Media Dakwah, Sabili, An-Nida, Ummi, Al Ishlah, Alia dan lain-lain. Kini majalah Islam yang terbit tinggal Suara Hidayatullah.
Pengguna internet di Indonesia sekitar 200 juta. Suatu jumlah yang besar. Maka pengiklan juga beralih ke internet. Coba amati koran Republika atau Kompas yang terbit, maka jarang iklannya. Iklan beralih ke website atau situs berita yang pembacanya ratusan ribu orang.
Gelombang internet juga melanda dunia buku. Dunia penerbitan buku menurun. Beberapa penerbit gulung tikar. Penerbit penerbit yang bertahan menyiasati bukunya dengan menerbitkan buku buku referensi atau buku buku terjemah yang sulit didapat di internet.
Internet juga membawa pola penulisan yang baru. Bila dulu hanya wartawan atau penulis yang hebat tulisannya bisa dimuat media, maka kini masyarakat umum juga bisa menyebarkan tulisannya lewat medsos. Maka jangan heran tulisan tulisan di WA, FBdan semacamnya pembacanya bisa mencapai ribuan atau ratusan ribu orang.