Mengapa Mushaf Al-Qur’an Tetap Penting Dicetak? Begini Kata Menag Nasaruddin Umar
Bogor (SI Online) – Menteri Agama RI Prof. Nasaruddin Umar meresmikan operasional Gedung Pusat Literasi Keagamaan Islam (PLKI) Unit Percetakan Al-Qur’an (UPQ) Kementerian Agama di Ciawi, Bogor, Rabu (04/12/2024).
Dalam sambutan peresmian, Nasaruddin mengatakan dengan hadirnya Unit Percetakan Al-Qur’an (UPQ) masalah teknis seperti kekurangan mushaf Al-Qur’an di wilayah terpencil dapat diatasi.
“Kita bisa mendistribusikan Al-Qur’an melalui Kantor Urusan Agama (KUA) yang tersebar hingga ke pelosok daerah. KUA juga memberikan laporan kepada kami tentang kebutuhan Al-Qur’an dan guru ngaji di wilayah mereka,” ungkapnya.
Nasaruddin juga menegaskan, meski di bawah Dirjen Bimas Islam Kemenag, UPQ tidak hanya akan mencetak mushaf Al-Qur’an, tetapi juga buku pelajaran, jurnal, dan berbagai produk cetak lainnya secara profesional. “Kita profesional, ada business oriented juga,” kata dia.
Baca juga: Menag Nasaruddin Umar Resmikan Gedung PLKI Senilai Rp239 Miliar di Ciawi
Bahkan, Nasaruddin juga mengusulkan agar percetakan ini juga mencetak kitab suci agama lain untuk mencerminkan semangat toleransi.
“Kementerian Agama bukan hanya untuk agama Islam, melainkan mencakup semua agama. Oleh karena itu, kitab suci agama apa pun dapat dicetak di sini. Walaupun namanya Percetakan Al-Qur’an, percetakan ini juga dapat mencetak kitab suci agama lain,” ujarnya.
Mushaf Al-Qur’an Fisik Tak Tergantikan
Menyinggung kemajuan teknologi dengan hadirnya Al-Qur’an digital, Nasaruddin menjelaskan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara mushaf fisik dan Al-Qur’an digital.
“Mushaf fisik memiliki kesakralan yang tidak tergantikan. Mushaf tidak pernah masuk ke tempat yang tidak suci, seperti toilet, dan membacanya membutuhkan wudu. Sedangkan Al-Qur’an digital, meskipun ada di dalam ponsel, dapat masuk ke tempat-tempat seperti itu,” ungkap Rektor Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta itu.
Nasaruddin bahkan memastikan, sehebat apapun teknologi digital tetap tidak mungkin bisa mengalahkan mushaf Al-Qur’an cetak. “Secara psikologis beda,” kata dia.
Terkait alasan pencetakan mushaf Al-Qur’an, Nasaruddin mengungkapkan, berdasarkan survei kebutuhan mushaf Al-Qur’an di Indonesia tiap tahun mencapai enam juta eksemplar mushaf. Sedangkan kemampuan UPQ hanya sekitar 1,7 juta eksemplar.
Karena pemenuhan kebutuhan mushaf yang belum terpenuhi itulah, maka dalam survei yang lain menunjukan jumlah umat Islam Indonesia yang masih buta baca tulis Al-Qur’an mencapai 72, 25 persen.
“Jadi mushaf ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kita di level bawah. Tingkat buta huruf Al-Qur’an masih tinggi antara lain karena tidak punya mushaf Al-Qur’an,” kata Nasaruddin.