RIHLAH

Mengenal Kesultanan Tidore: Pendiri, Kejayaan, dan Penguasanya

Gelar “Kaicil Paparangan” berarti “Raja Perang” tersemat dalam nama Nuku. Itu berarti bahwa Nuku siap berperang demi menuntut haknya dan mengusir kaum penjajah dari Maluku Utara.

Tak hanya itu, Sultan Nuku juga berhasil menyatukan Ternate dan Tidore untuk menghadapi penjajah Belanda yang dibantu Inggris. Kegemilangan mengusir bangsa asing membuat Kesultanan Tidore mencapai kemajuan dengan pesat.

Runtuhnya Kesultanan Tidore

Di tengah suasana damai dan makmur, Sultan Nuku berpulang pada 14 November 1805 dalam usia 67 tahun. Pemimpin berjuluk The Lord of Fortune mewariskan masa-masa emas Kesultanan Tidore sebagai negeri yang diberkati dan berdaulat.

Sepeninggal Sultan Nuku, Belanda berusaha kembali mengincar Tidore. Hal ini diperparah dengan banyanya polemik internal yang membuat Kesultanan Tidore akhirnya jatuh dalam penguasaan Belanda.

Seiring kemerdekaan Indonesia pada 1945, Kesultanan Tidore bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tidore, tepatnya Sofifi, ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi Maluku Utara.

Beberapa peninggalan sejarah Kesultanan Tidore yang masih tersisa adalah Istana Kadato Kie serta Benteng Torre dan Tahula.

Daftar Raja/Sultan Tidore:

Kolano Syahjati
Kolano Bosamawange
Kolano Syuhud alias Subu
Kolano Balibunga
Kolano Duko adoya
Kolano Kie Matiti
Kolano Seli
Kolano Matagena
1334-1372: Kolano Nuruddin
1372-1405: Kolano Hasan Syah
1495-1512: Sultan Ciriliyati alias Djamaluddin
1495-1512: Sultan Ciriliyati alias Djamaluddin
1512-1526: Sultan Al Mansur
1526-1535: Sultan AmiruddinIskandarZulkarnain
1535-1569: Sultan KiyaiMansur
1569-1586: Sultan Iskandar Sani
1586-1600: Sultan GapiBaguna
1600-1626: Sultan Zainuddin
1626-1631: Sultan Alauddin Syah
1631-1642: Sultan Saiduddin
1642-1653: Sultan Saidi
1653-1657: Sultan Malikiddin
1657-1674: Sultan Saifuddin
1674-1705: Sultan Hamzah Fahruddin
1705-1708: Sultan Abdul FadhlilMansur
1708-1728: Sultan HasanuddinKaicilGarcia
1728-1757: Sultan Amir Bifodlil Aziz MuhidinMalikulManan
1757-1779: Sultan Muhammad MashudJamaluddin
1780-1783: Sultan Patra Alam
1784-1797: Sultan Hairul Alam KamaluddinAsgar
1797-1805: Sultan Nuku
1805-1810: Sultan ZainalAbidin
1810-1821: Sultan Motahuddin Muhammad Tahir
1821-1856: Sultan Achmadul Mansur Sirajuddin Syah
1856-1892: Sultan Achmad SyaifuddinAlting
1892-1894: Sultan Achmad FatahuddinAlting
1894-1906: Sultan Achmad KawiyuddinAlting
1947-1967: Sultan Zainal Abidin Syah
1999-2012: Sultan Djafar Syah
Sejak 2012: Sultan Husain Syah

Sumber: Tirto.id

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

Back to top button