Mengoreksi Penguasa Itu Wajib
Lantas, bagaimana bisa dinyatakan bahwa menasihati penguasa haruslah dengan sembunyi-sembunyi (empat mata), sedangkan Nabi, manusia yang paling mulia akhlaknya, justru menasihati salah satu pejabatnya (penguasa Islam) dengan terangan-terangan, bahkan diungkap di depan khalayak ramai.
Kedua, menasihati penguasa fajir dan zalim secara mutlak. Rasulullah bersabda: “Penghulu syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthallib dan orang yang berkata di hadapan seorang penguasa yang zalim, lalu dia memerintahkannya (pada kemakrufan) dan melarangnya (terhadap kemungkaran), kemudian penguasa itu membunuhnya.” (HR al-Hakim).
Hadits ini tidak menjelaskan secara rinci tata cara mengoreksi seorang penguasa. Atas dasar itu, seorang Muslim diperbolehkan menasihati penguasa dengan terang-terangan atau sembunyi-sembunyi (empat mata).
Ketiga, realitas muhâsabah yang dilakukan para sahabat dan ulama. Mereka melakukan muhasabah dengan berbagai macam cara, termasuk terang-terangan di muka publik. Salah satu cara muhasabah yang mereka lakukan seperti riwayat-riwayat berikut ini:
Al-Husain bin Ali ra pemimpin pemuda ahlul jannah, memisahkan diri (khuruj) dari penguasa fajir Khalifah Yazid bin Mu’awiyyah. Al-Husain dibai’at oleh penduduk Kufah pada 61 H. Beliau pun mengutus anak pamannya, Muslim bin ‘Aqil ra untuk mengambil bai’at penduduk Kufah untuk dirinya. Tidak kurang 18 ribu orang membai’at dirinya. Di dalam sejarah, tak seorang pun menyatakan bahwa Al-Husain dan penduduk Kufah pada saat itu termasuk firqah (kelompok) yang sesat. Ini merupakan cara yang dilakukan oleh Imam al-Husain bin Ali untuk mengoreksi/muhasabah kepemimpinan Yazid bin Mu’awiyyah.
Sebelumnya, kaum Muslim menyaksikan Ummul Mukminin Aisyah ra yang memimpin kaum Muslim untuk khuruj dari Khalifah Ali bin Abi Thalib. Inilah cara Ummul Mukminin Aisyah ra mengoreksi Khalifah Ali bin Abi Thalib. Hingga akhirnya, meletuslah peperangan yang sangat besar dan terkenal dalam sejarah, Perang Jamal.
Ketika Umar bin Khathab berkhutbah di hadapan kaum Muslim, setelah beliau diangkat menjadi Amirul Mukminin, beliau berkata, “Barangsiapa di antara kalian melihatku bengkok, maka hendaklah dia meluruskannya.” Seorang laki-laki Arab berdiri dan berkata, “Demi Allah wahai Umar, jika kami melihatmu bengkok, maka kami akan meluruskannya dengan tajamnya pedang kami.”