NASIONAL

MER-C: Stop Invasi ke Ukraina

Jakarta (SI Online) – Perang Rusia – Ukraina sudah memasuki hari ke-42 dan belum ada tanda-tanda perang akan berakhir. Terlepas dari alasan apapun, perang berkepanjangan telah menyebabkan petaka kemanusiaan.

Kalangan sipil yang tidak berdosa akan menjadi korban, baik korban jiwa, korban luka, dan jutaan orang terpaksa mengungsi untuk mencari wilayah yang lebih aman baik di dalam Ukraina maupun ke negara-negara tetangga.

Mengamati perang yang sudah dimulai sejak 24 Februari 2022, MER-C berpandangan Rusia bukan lagi ingin memberi pelajaran terhadap Presiden Ukraina, namun sudah membumi hanguskan Ukrainia.

Meski Rusia mengklaim hanya menargetkan basis-basis militer Ukraina, namun korban sipil sekali lagi tidak dapat terelakkan. Invasi Rusia, juga tidak hanya berpengaruh terhadap kedua negara, namun telah berdampak buruk terhadap ekonomi dunia secara global.

Untuk itu, Ketua Presidium MER-C, dr. Sarbini Abdul Murad, minta Rusia hentikan invasi ke Ukraina. MER-C menyerukan perdamaian kepada kedua belah pihak untuk mencegah krisis kemanusiaan yang lebih buruk yang akan terjadi.

“Kami minta Rusia hentikan invasi ke Ukraina. Kedua pihak agar menahan diri dan kepada negara-negara yang menjadi pendukung baik Rusia maupun Ukraina agar mendorong dan memfasilitasi perdamaian bagi kedua negara. Hal ini bukan hanya akan berpengaruh pada Rusia dan Ukraina, namun juga mempertimbangkan kestabilan dunia secara umum,” kata Sarbini melalui pernyataan tertulisnya, Kamis (7/4/2022).

Kepada publik Indonesia, Sarbini juga berharap tidak terpesona dengan sosok Putin sehingga menjadi pembenaran invasi Rusia ke Ukraina.

Namun berkenaan dengan event G-20 pada November 2022 mendatang, dimana Indonesia menjadi Ketua Tuan Rumah Penyelenggara event besar dunia ini, MER-C mendukung agar Indonesia tetap mengundang Presiden Rusia, Vladimir Putin, meski ada penolakan dari kepala negara lain.

Justru Indonesia menurutnya, sebagai sebuah negara besar yang berdaulat agar tetap netral dan tidak memihak dalam konflik ini. Lebih lanjut Sarbini mengatakan Indonesia bisa menjadi penengah untuk mendorong penyelesaian konflik dan perdamaian kedua negara.

“Indonesia sebagai negara besar dan berdaulat agar konsisten dengan hal ini dan tidak takut dengan tekanan dari negara lain. Indonesia bisa menjadi penengah,” tegas Sarbini.

red: adhila

Artikel Terkait

Back to top button