Meraih Keutamaan Ramadhan
Kelima: Ramadhan merupakan syahrul maghfirah (bulan pengampunan dosa). Dinamakan dengan syahrul maghfirah, karena pada bulan bulan Ramadhan diampuni dosa-dosa seorang hamba Allah.
Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda: “Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat dan Ramadhan ke Ramadhan menghapuskan dosa-dosa di antara masa-masa itu selama dosa-dosa besar dijauhi”. (HR. Muslim)
Allah ta’ala menyediakan fasilitas penghapusan dosa pada bulan Ramadhan melalui puasa Ramadhan dan qiyam Ramadhan (menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan ibadah yaitu shalat tarawih, tahajjud, witir dan tadarus Al-Qur’an).
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda, “Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan keimanan dan mengharapkan pahala (keikhlasan), maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda, “Barang siapa yang melakukan qiyam Ramadhan dengan keimanan dan mengharapkan pahala (keikhlasan), maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Keenam: Ramadhan merupakan syahru itqin minan nar (bulan pembebasan dari api neraka). Di namakan bulan Ramadhan dengan syahru itqin minan nar, karena pada bulan ini Allah ta’ala membebaskan para hamba-Nya yang dikehendaki dari api neraka.
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda, “Dan Allah membebaskan orang-orang dari api neraka pada setiap malam Ramadhan.” (HR. At-Tirmizi, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah)
Ketujuh: Bulan Ramadhan merupakan syahrun karim (bulan yang mulia). Dinamakan Ramadhan dengan bulan yang mulia karena pada bulan ini paling dianjurkan untuk bersedekah atau berinfak dan memberikan sahur dan bukaan puasa.
Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma–, beliau menceritakan, “Adalah Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- merupakan sosok yang paling dermawan. Terlebih lagi di bulan Ramadhan ketika Jibril menjumpainya untuk mengajarinya Al-Qur’an. Jibril menemui beliau di setiap malam Ramadhan untuk mengajarinya Al-Qur’an. Maka ketika Jibril menjumpainya, beliau adalah orang yang paling dermawan, lebih dari angin yang bertiup.” (Muttafaq ‘alaih).
Dari Zain bin Khalid AlJuhani, –radhiyallahu ‘anhuma–, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda, “Barangsiapa yang memberikan bukaan puasa bagi orang yang berpuasa maka pahalanya seperti orang yang berpuasa tanpa menguranginya pahala orang yang berpuasa sedikitpun.” (HR. At-Tirmizi).