OASE

Meraih Keutamaan Ramadhan

Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma –, beliau menceritakan, “Adalah Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- merupakan sosok yang paling dermawan. Terlebih lagi di bulan Ramadhan ketika Jibril menjumpainya untuk mengajarinya Al-Qur’an. Jibril menemui beliau di setiap malam Ramadhan untuk mengajarinya Al-Quran. Maka ketika Jibril menjumpainya, beliau adalah orang yang paling dermawan, lebih dari angin yang bertiup.” (Muttafaq ‘alaih).

Mengomentari hadits ini, Imam An-Nawawi –rahimahullah– berkata sebagaimana yang dinukilkan oleh Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitabnya Fathul Baari, “Dalam hadits ini ada faidah-faidah: Di antaranya: Pertama; disunnatkan untuk dermawan pada setiap waktu. Kedua; disunnatkan menambah dermawan pada bulan Ramadhan dan ketika berkumpul dengan orang-orang shalih. Ketiga; disunnatkan mengunjungi orang-orang shalih dan mengulanginya jika orang yang dikunjungi tidak keberatan. Keempat; disunnatkan memperbanyak membaca Al-Qur’an pada bulan Ramadhan. Kelima; membaca Al-Qur’an lebih utama dari semua zikir, karena seandainya zikir itu lebih utama atau sama dengan membaca Al-Qur’an maka pasti beliau melakukannya.” (Fathul Baari: 1/43)

Kedua: Ramadhan merupakan syahrun mubarak (bulan keberkahan), baik di dunia maupun di akhirat. Dinamakan bulan Ramadhan dengan syahrun mubarak karena pada bulan ini pahala ibadah dan amal shalih dilipatkan gandakan.

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda, “Sesungguhnya bulan yang penuh berkah telah datang kepada kalian. Allah ta’ala mewajibkan kalian puasa padanya. Di bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para syaitan diikat. Padanya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa dihalangi dari kebaikannya, maka ia benar-benar telah dihalangi.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi).

Yang dimaksud dengan keberkahan Ramadhan adalah dilipatgandakan pahala ibadah seseorang. Allah ta’ala menyediakan satu malam pada bulan Ramadhan yang bernama Lailatul Qadar yang nilai pahala ibadah dan amal shalihnya lebih baik dari seribu bulan atau 83 tahun.

Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatul Qadr. Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadr itu?. Lailatul Qadr itu lebih baik daripada seribu bulan.” (Al-Qadr: 1-3).

Suatu ibadah sunnat yang dilakukan di bulan Ramadhan senilai ibadah wajib di bulan lainnya. Suatu ibadah wajib pada bulan Ramadhan senilai tujuh puluh ibadah wajib pada bulan lainnya.

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda, “Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilai ibadah di dalamnya lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai perbuatan sunnah. Barangsiapa yang mendekatkan diri (kepada Allah) dengan satu kebaikan (amalan sunnat) pada bulan ini, seolah-olah ia mengerjakan satu perbuatan wajib pada bulan lainnya. Barangsiapa yang mengerjakan satu perbuatan wajib pada bulan ini, ia seolah-olah mengerjakan tujuh puluh kewajiban di bulan lainnya.” (HR. Al-Baihaqi).

Ketiga: Ramadhan merupakan syahrul ‘ibadah wat taqwa (bulan ibadah dan ketakwaan). Dinamakan bulan Ramadhan dengan syahrul maghfirah wa taqwa karena pada bulan ini diperintahkan ibadah puasa dan qiyam Ramadhan (shalat tarawih, tahajud/qiyamul lail, witir dan tadarus Al-Qur’an).

Pada bulan ini Allah ta’ala mewajibkan puasa selama sebulan penuh. Tujuannya adalah untuk menjadi orang bertakwa (muttaqin) sebagaimana firman Allah ta’ala, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (Al-Baqarah: 183).

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5 6Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button