Merdeka Menurut Emak-emak
Melihat fakta di kampung sebelah yang kondisi petaninya sulit, akibat harga dipermainkan para tengkulak dan spekulan. Membuat emak muncul rasa empati sebagai ‘Ummatan Waahidatan’ merasakan penderitaan sesama muslim. Betapa tidak, negeri zamrut khatulistiwa yang kaya sumber daya alamnya tapi tidak mampu menyejahterakan petaninya.
Begitupun saat para emak menenteng ember, karena air dari Perusahaan Air Minum berhenti mengalir akibat kemarau. Emak pun mampu menjelaskan panjang lebar dampak sekularisme terhadap kekeringan yang semakin panjang. Bahwasanya fenomena alam yang satu ini, menjadi terganggu akibat penerapan ideologi yang salah. Rakyat menderita. Mereka jadi korban. Di situlah emak-emak berada.
Emak menjadi saksi penerapan ideologi yang salah. Maka jangan salahkan emak jika kini mereka menuntut kemerdekaan. Walaupun tanpa bedil dan tentara musuh, emak tahu sejatinya negeri ini belum merdeka. Berbagai pemikiran batil jelas-jelas masih membelenggu pemimpin negeri. Umat dipaksakan tunduk terhadap aturan kufur. Padahal ini menyengsarakan umat.
Oleh sebab itu, melepaskan diri dari pemikiran yang menyesatkan umat adalah kemerdekaan yang hakiki. Kembali ke Islam di seluruh lini kehidupan umat. Tidak perlu seremonial, sebab emak lelah dibohongi. Tidak perlu juga lomba tumpeng, makan kerupuk, atau balap karung, sebab lomba tersebut justru membodohi umat. Emak-emak muslimah jauh lebih pintar.
Terbukti ketika emak-emak bicara kemerdekaan, mereka akan kembali pada masa kejayaan Islam. Kilas balik di kala umat mendapatkan fasilitas penjagaan berkualitas tinggi. Para pemimpin yang bertakwa, bertanggung jawab terhadap pengurusan umat. Mereka takut menyia-nyiakan amanah.
Para emak ingin ke masa itu. Saat pendidikan tidak menguras kantong, kesehatan mudah didapat tanpa diskriminasi, serta jaminan tercukupinya pangan, sandang dan papan. Bukan ilusi, sebab hal ini nyata telah terjadi sepanjang kurun waktu 13 abad. Sebuah prestasi luar biasa, kejayaan ideologi yang datangnya dari Allah Subhaanahu wa ta’ala.
Hanya Islam sebagai tuntunan yang paling tepat bagi umat yang menginginkan kebangkitan. Inilah kemerdekaan yang sebenar-benarnya, manusia hanya menghamba pada hukum Allah. Jika para emak siap menyongsong kemerdekaan hakiki, maka seluruh anggota keluarga pun siap. Kata emak, “Jangan teriak ‘Merdeka’, jika belum menggunakan Islam sebagai pedoman hidup.”
Lulu Nugroho
Muslimah Penulis dari Cirebon